Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
‘id Yang Membahagiakan

‘id Yang Membahagiakan

‘Id Yang Membahagiakan

Ahmad Rusdi by Ahmad Rusdi
04/08/2020
in Kolom
2 0
0
2
SHARES
47
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Jika kita membuka kitab fiqh, biasanya ada kupasan tentang makna “Id”. Misal kitab al-Fiqh al-Manhajiy ‘ala al-Mazhab al-Imam al-Syafii atau al-Fiqh al-Syafii al-Muyassar. Kata ‘id berasal dari ‘aud‘ yang berarti kembali. Mengapa kembali? karena ‘id selalu kembali atau berulang setiap tahun (al-Fiqh al-Syafii al-Muyassar, Syaikh Wahbah al-Zuhailiy, juz 1, Dar al-Fikr, 2008, hal.284), atau karena dengan kedatangannya —umat Islam—kembali bergembira atau berbahagia (al-fiqh al-Manhaji ‘ala al-Mazhab al-Imam al-Syafii, Juz 1, dar al-‘Ulum al-Insaniyah, 1989, hal.221).

Oleh karena itulah kita sering menyebutnya hari raya, karena memang hari itu kita diperintahkan untuk merayakannya dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Yang namanya merayakan biasanya identik dengan kegembiraan. Sedangkal pengetahuan dan pengalaman, saya belum pernah tahu ada satu perayaan yang disengaja untuk merayakan kejadian yang menyedihkan. Kalau memang benar ada yang melakukannya akan terasa aneh ya?.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Kehadiran Islam di dunia ini adalah untuk memberikan keselamatan dan kebahagiaan bagi umatnya di dunia dan juga di akhirat. Karena itulah agama Islam sangat memperhatikan aspek ini. Semua ibadah yang dilakukan—bila kita renungkan lebih dalam—sejatinya megantarkan umat Islam ke arah sana. Apakah itu kebahagiaan yang terkait dengan individu umat Islam melalui ibadah individualnya, maupun kebahagiaan sebagai dampak dari ibadah sosial yang dilakukannya. Hanya memang tidak semua umat Islam bisa langsung merasakan kebahagiaan dalam semua rangkaian ibadah yang dilakukannya di dunia ini. Hal tersebut tergantung pada tingkat ketakwaan, keikhlasan, kekhusyuan dan pemahaman keislaman pada masing-masing individu muslim.

Oleh karenanya kita tidak perlu heran bila ada orang yang sholat ia merasa tidak betah apalagi bila berjamaah dengan imam yang agak lama yang sebenarnya bagi orang kebanyakan ya biasa saja, tapi bagi dia sholat itu seperti beban berat yang ada dipundaknya, jadi dia tidak menikmatinya dan tidak bahagia. Begitu pula ibadah puasa, saat Ramadhan datang, ada yang mengeluh: “ kok udah Ramadhan lagi, perasaan baru banget…udah puasa lagi.”. Bila sudah seperti itu kondisinya bagaimana ia akan bahagia dengan ibadahnya. Meskipun demikian, nanti ketika id —saya yakin— ia termasuk orang yang bergembira atau berbahagia, walaupun puasanya bolong-bolong dan sholat lima waktunya lebih banyak tidaknya, apalagi tarawihnya. Nah itulah indahnya ‘id yang membawa suasana kegembiraan dan kebahagiaan pada siapa saja, meski tidak puasa dan sholat. He he.

Belajar dari ‘id yang memberikan kegembiraan dan kebahagiaan dengan kehadirannya, sejatinya kita umat Islam bisa melakukan hal tersebut. Kehadiran kita hendaknya bagaikan id buat orang lain, yaitu bisa memberikan rasa gembira dan bahagia kepada orang lain. Pelaksanaan ‘id apakah itu ‘id al-fithri atau ‘id al-adha tidak bisa dilepaskan dari amaliyah yang membuat orang lain gembira dan bahagia terutama fakir miskin.

Sebelum ‘id al-fithri kita diperintahkan untuk berzakat fitri dan sebelumnya dianjurkan untuk memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan, dan saat ‘id al-adha kita juga diperintahkan untuk berbagi dalam bentuk hewan kurban sehingga bisa memberikan kegembiraan dan kebahagiaan pada orang lain. Itulah indahnya ajaran Islam yang mengajak kita untuk tidak gembira dan bahagia sendirian tapi mengajak orang lain untuk bergembira dan berbahagia bersama.

Kita bisa belajar dari suri tauladan kita, Rasulullah SAW. Dimana saat beliau sudah bertemu Rabb-nya di sidratul muntaha, yang sesungguhnya merupakan kebahagiaan yang tiada tara bagi seorang hamba Allah saat berjumpa dengan Rabb-nya—bukankah kebahagiaan yang paling indah nanti di akhirat saat kita bertemu dan memandang Allah SWT, Wujuhun Yawmaidzin Nadhirah ila Robbiha Nazhirah—, tapi beliau kembali ke dunia untuk mensyiarkan risalahnya untuk mengajak umat manusia memperoleh kebahagiaan. Dan memang begitulah Rasulullah SAW, beliau sangat tidak ingin umatnya megalami penderitaan.

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Continue Reading
Page 1 of 2
12Next
Previous Post

Menjadi Muslim yang Cinta Tanah Air

Next Post

Ikhlas atau Ridho

Ahmad Rusdi

Ahmad Rusdi

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali
Kolom

Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali

18/06/2024
abdullah annaim
Biografi

“Negara Sekuler” ala Abdullahi An-Naim: Negosiasi Agama dan Negara Melawan Konservatisme

27/04/2024
Next Post
Ikhlas Atau Ridho

Ikhlas atau Ridho

Pelajaran Agama Islam, Untuk Apa?

Syeh Nawawi Al Bantani Diuji Keberaniannya Saat Hendak Mengarang Kitab Tafsir Marah Labid

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.