Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Idul Fitri Dan Pesan Perdamaian Untuk Bangsa

Idul Fitri Dan Pesan Perdamaian Untuk Bangsa

Idul Fitri dan Pesan Perdamaian untuk Bangsa

Abd Malik by Abd Malik
28/05/2020
in Gagasan
3 0
0
3
SHARES
66
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

islamina.id — Hari Idul Fitri merupakan hari raya besar umat Islam yang dirayakan pada akhir bulan Ramadan sebagai aktualisasi perasaan kemenangan, kegembiraan, dan kesenangan. Kemenangan didapatkan setelah umat Islam menaklukkan hawa nafsunya selama bulan puasa.

Kegembiraan didapatkan bagi mereka yang telah diampuni dosanya. Dan kesenangan didapatkan bagi mereka yang dapat berkumpul dan bersilaturahmi dengan sesama keluarganya.

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban


Dalam perayaan Idul Fitri kali ini, ada suatu hal yang perlu dikaitkan antara konteks sosial bangsa dengan makna Idul Fitri yang selalu berorientasi perdamaian. Beberapa tahun terakhir, beragam kekerasan masih terus mewarnai masyarakat Indonesia baik dalam skala kecil ataupun besar, baik bersifat manifest maupun laten. Kekerasan itu didorong oleh faktor-faktor yang beragam mulai dari persoalan kecemburuan sosial, politik, ekonomi, budaya maupun agama. Pertanyaannya mengapa agama yang selalu mengajarkan perdamaian tetap saja dianggap sebagai bagian dari penuai konflik?


Baru-baru ini, Poso diguncang dengan beragam aksi kekerasan yang ditenggarai ketidakpuasan terhadap hukum mati Tibo cs. Penembakan dan peledakan bom masih terus terjadi. Ketegangan mulai tampak dan jalinan persaudaraan lintas agama yang dirintis sejak lama terancam putus. Apalagi mendekati perayaan Idul Fitri, tentu saja perayaan tersebut akan dihantui dengan perasaan khawatir dan cemas. Kenapa agama masih dipersoalkan? Apabila ada perayaan besar sejumlah daerah yang katanya rawan konflik dijaga ketat. Kenapa lagi-lagi agama dipersoalkan. Atau memang benar agama sumber permasalahannya? Apakah agama indentik dengan kekerasan?

Jawaban klasik dari pertanyaan di atas adalah tidak mungkin agama menjadi faktor konflik karena setiap agama mengajarkan perdamaian. Benar, tapi itu hanyalah cita dan idealitas agama.
Pada faktanya, umat beragama seringkali mengumbar kekerasan yang kadang dimotivasi agama. Pada biasanya umat beragama selalu terprovokasi dengan isu sentimen agama. Dan seringkali karena fanatisme kekerasan menjadi solusi yang mengasyikkan bagi umat beragama.
Memaafkan


Pokok permasalahan bukan pada agama A atau B yang salah, tetapi cara keberagamaan si A atau si B yang kurang benar. Kedangkalan keberagamaan seseroang seringkali dimanfaatkan oleh beberapa pegiat konflik untuk menyulut kekerasan. Seandainya tingkat kedewasaan umat mapan, tentu berbagai kekerasan tidak akan memancing umat beragama melebur dalam sintimen relijius tersebut.


Kedewasaan itu tergantung pengetahuan keagamaan yang dimiliki seseorang. Konflik juga bersumber oleh belum adanya rekonsiliasi antar umat beragama secara berkesinambungan. Berdamai tidaklah cukup tanpa dibarengi sikap untuk melupakan dendam masa lalu, berani memutus konflik masa silam dan siap menantap masa depan yang lebih baik. Kebanyakan konflik adalah koflik warisan yang sampai detik ini belum bisa teratasi.


Maka untuk perdamaian yang permanen tidak cukup dengan dialog-dialog, tetapi rekonsiliasi pascakonflik. Masyarakat diajak untuk memutus kenangan pahit masa lalu dan siap menatap masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan dengan ulasan singkat di atas, Idul Fitri memiliki peran penting dalam melakukan agenda tersebut. Ada satu prinsip yang cukup menarik yang ada di dalam perayaan Idul Fitri yang mestinya dapat diaktualisasikan oleh umat Islam dalam merayakan hari kemenangannya. Prinsip tersebut adalah memaafkan.

Page 1 of 2
12Next
Previous Post

Apa Itu Kafir?

Next Post

Hikmah Perbedaan Bahasa, Warna Kulit dan Cara Menyikapinya

Abd Malik

Abd Malik

Penulis dan penikmat kopi, bisa dihubungi melalui : abdmalik82@icloud.com

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Beragama Dengan Santun, Bukan Dengan Kekerasan

Hikmah Perbedaan Bahasa, Warna Kulit dan Cara Menyikapinya

Ruang Maya Yang Kian Terislamkan

Ruang Maya yang Kian Terislamkan

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.