Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Ini Keutamaan Lailatul Qadar

Ini Keutamaan Lailatul Qadar

Ini Keutamaan Lailatul Qadar

Roland Gunawan by Roland Gunawan
29/04/2021
in Kolom
12 1
0
13
SHARES
256
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Diceritakan oleh Imam Mujahid bahwa seorang laki-laki dari Bani Israel rajin bangun malam melakukan shalat hingga pagi. Setelah itu ia bekerja hingga sore hari. Hal itu ia lakukan selama seribu bulan sampai ia meninggal. Rasulullah Saw. sendiri merasa takjub mendengar ceritanya. Hingga kemudian Allah menggariskan untuk umat Nabi Muhammad Saw. satu malam di bulan Ramadhan yang nilainya lebih baik dari seribu bulan orang Israel itu. Dalam artian, siapapun dari umat beliau yang berhasil meraih malam mulia tersebut, maka keberkahan dan pahala yang didapatnya lebih baik dari keberkahan dan pahala yang didapat oleh orang Israel tersebut.

Kita tahu bahwa ketaatan yang dilakukan selama seribu bulan lebih berat ketimbang ketaatan yang dikerjakan satu malam. Tetapi, satu pekerjaan terkadang berbeda kondisinya terkait kebaikan dan keburukannya dikarenakan perbedaan tujuan. Misalnya shalat berjamaah yang dalam agama dianggap lebih utama daripada shalat yang dikerjakan sendirian. Padahal shalat berjamaah terkadang terlihat ‘kurang sempurna’ ketika seseorang datang terlambat dan menjadi masbûq sehingga ia ketinggalan satu rakaat.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Contoh lain, misalnya, kalau kita mengatakan kepada seseorang yang dirajam karena perbuatan zina, “orang ini adalah pezina,” maka ini tidak menjadi persoalan alias tidak apa-apa. Tetapi kalau itu kita katakan kepada orang Nasrani, maka itu adalah fitnah yang wajib dikenakan ta’zîr (hukuman).

Demikian juga, kalau kita mengatakannya kepada orang yang sudah beristri, jelas itu merupakan fitnah keji sehingga wajib dikenakan hadd (hukuman). Dan kalau itu kita katakan bagi Aisyah—yang dalam sejarah Islam awal disebutkan pernah diantar pulang oleh Abu Sufyan—, maka itu merupakan sebentuk kekafiran, mengingat Aisyah adalah salah satu dari ummahât al-mu`minîn yang harus dihormati.

Dengan demikian, dalam hal ini, kata-kata “orang ini adalah pezina” yang oleh sebagian orang dianggap ‘ringan’ pada hakikatnya lebih berat daripada gunung. Di sini menjadi jelas, bahwa setiap pekerjaan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terkait pahala dan hukumannya tersebab perbedaan tujuan masing-masing. Sehingga tidak mustahil ketaatan yang sedikit menjadi sama pahalanya dengan ketaatan yang banyak.

Kedua, keutamaan lain Lailatul Qadar adalah bahwa pada malam itu para malaikat—mereka adalah para penghuni Sidratul Muntaha—turun ke bumi bersama Jibril as. yang membawa empat panji. Panji pertama ia letakkan di atas kuburan Nabi Saw., panji kedua di atas Baitul Muqaddas, panji ketiga di atas Masjidil Haram, dan panji terakhir di atas bukit Sinai. Dan di malam itu juga, tidak ada satu rumah pun yang di dalamnya terdapat laki-laki atau perempuan beriman kecuali Jibril as. akan memasukinya sembari mengucapkan salam, “Wahai laki-laki atau perempuan yang beriman, Yang Mahadamai menyampaikan salam kepadamu, kecuali kepada para pencandu khamr, pemutus tali silaturrahmi, dan pemakan daging babi.”

Turunnya mereka ke bumi terkait dengan urusan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. untuk tahun itu dan tahun mendatang. Masing-masing turun untuk urusan yang berbeda. Nabi Saw. mensinyalir bahwa Allah memutuskan ketetapan-ketetapan di malam al-Bara`ah, yaitu malam nisfu Sya’ban. Kemudian pada malam Lailatul Qadar Dia memasrahkannya kepada para malaikat pengatur (mudabbirât al-umur) untuk disematkan kepada setiap manusia. Para malaikat itu melihat bermacam-macam ketaatan di bumi yang tidak pernah mereka lihat di alam langit.

Ketiga, termasuk keutamaan Lailatul Qadar adalah bahwa malam itu terbebas dari hembusan angin (riyâh), menyebarnya penyakit (adzâ), hentakan petir (shawâ’iq), dan ancaman setiap marabahaya (ãfah) seperti dikatakan oleh Abu Muslim dan Ibn Abbas. Satu riwayat mengatakan bahwa malam itu terbebas sama sekali dari segala sesuatu yang menakutkan (amr mukhawwif) dan segala kejahatan (syurûr). Sebagaimana riwayat lain juga mengatakan bahwa malam itu terbebas dari perbedaan/ketidaksamaan (tafâwut) dan kekurangan/cacat (nuqshân).

Kedamaian, ketenangan, dan keseimbangan benar-benar menjadi penghias bagi malam mulia nan agung itu. Para malaikat turun dengan berbondong-bondong ke muka bumi dari permulaan malam sampai terbitnya fajar. Mereka mengucapkan salam kepada para ahli puasa dan ahli shalat dari umat Nabi Muhammad Saw. Pendek kata, mereka mengucapkan salam kepada setiap hamba yang benar-benar taat terhadap Allah Swt.

Atas dasar itu, jelaslah bahwa Lailatul Qadar tidak sama dengan malam-malam yang lain. Makanya, di malam itu, setiap muslim dianjurkan untuk mengerjakan ibadah fardhu di sepertiga pertama, ibadah sunnah di pertengahan, dan doa di waktu menjelang terbitnya fajar. Orang yang terjaga di malam itu dengan melakukan shalat wajib dan sunnah serta bermunajat secara khusyuk kepada Allah Swt. berdasar keimanannya yang teguh dan semata-mata hanya mengharapkan ridha dari-Nya, maka dosa-dosanya akan diampuni, kesalahan-kesalahannya dihapus, kekeliruan-kekeliruannya dimaafkan, dan doa-doanya dikabulkan. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang terjaga [melakukan shalat] pada malam al-Qadar dengan keimanan dan hanya mengharap balasan dari Allah semata, maka diampuni segala dosanya,” [HR. al-Bukhari].

Sebenarnya, ada keutamaan lain dari Lailatul Qadar, dan ini adalah keutamaannya yang keempat, atau bahkan bisa jadi yang pertama. Keutamaan yang penulis maksud adalah bahwa pada malam itu—seperti telah disinggung di atas—Allah Swt. menurunkan al-Quran dari lawh al-mahfûzh berdasar tulisan para malaikat langit dunia ke bayt al-‘izzah. Dan kita tahu bahwa al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia sekaligus pembeda antara yang hak dan yang batil. Di samping itu, kita juga tahu, selaras dengan namanya, Lailatul Qadar adalah malam penentuan atau “al-taqdîr”.

Semua itu menyiratkan makna, bahwa pada Lailatul Qadar, selain menentukan urusan kematian, ajal, rizki, dll., Allah Swt. juga menentukan siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang termasuk golongan al-‘Âidîn wa al-Fâizîn (orang-orang yang kembali suci karena keberhasilan mereka meraih kemenangan setelah berjuang melawan gempuran hawa nafsu selama bulan Ramadhan), yaitu mereka yang senantiasa berjuang menegakkan kebenaran dan memerangi segala bentuk kebatilan dengan berpedoman kepada al-Qur`an sebagai petunjuk.
Merekalah yang berhak mendapatkan limpahan kasih-sayang (rahmah) dari Allah. Merekalah yang berhak mendapat curahan ampunan (maghfirah) dari-Nya. Dan karena itu, merekalah yang dipastikan terbebas dari siksaan api neraka (‘itq min al-nâr). Maka, tiada balasan yang paling layak bagi mereka kecuali surga Firdaus kelak di kemudian hari.

Sebagai bentuk penghormatan kepada hamba-hamba pilihan-Nya itu, Allah memerintahkan para malaikat untuk turun ke bumi guna menyampaikan salam dari-Nya kepada mereka. Damailah mereka dengan kasih-sayang-Nya. Tenanglah mereka dengan ampunan dari-Nya. Gembiralah mereka dengan keterbebasan dari ancaman siksa neraka sebagai jaminan dari-Nya. Dan tersenyumlah mereka dengan kedudukan mereka yang tinggi dan mulia di sisi-Nya; surga dan segala kenikmatannya telah disediakan untuk mereka.[]

Page 2 of 2
Prev12
Tags: lailatul qadarpuasa ramadhanRamadhan
Previous Post

Membaca Wasiat Terorisme | Bulletin Islamina Vol. 2 No. 14

Next Post

Tasawuf Sebagai Jalan Bahagia (1)

Roland Gunawan

Roland Gunawan

Wakil Ketua LBM PWNU DKI Jakarta

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali
Kolom

Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali

18/06/2024
abdullah annaim
Biografi

“Negara Sekuler” ala Abdullahi An-Naim: Negosiasi Agama dan Negara Melawan Konservatisme

27/04/2024
Next Post
Tasawuf Sebagai Jalan Bahagia (1)

Tasawuf Sebagai Jalan Bahagia (1)

Melacak Keabnormalan Dalam Islamisasi Tanah Jawa (1)

Melacak Keabnormalan dalam Islamisasi Tanah Jawa (1)

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.