Senin, Oktober 6, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Jihad Melawan Kuffar

Jihad Melawan Kuffar

Jihad Melawan Kuffar

Hatim Gazali by Hatim Gazali
28/05/2020
in Kolom
27 1
0
28
SHARES
564
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Kemudian, sebagai obyek dari jihad itu adalah orang-orang kafir. Jihad diserukan untuk kuffar. Padahal kata kafir dalam al-Quran mempunyai makna yang ambiguitas. Ia kadang berarti “tidak percaya” sebagai lawan dari kata iman dan juga bisa berarti “tidak berterima kasih” sebagai lawan dari kata “syukur”. (Toshihiko Izutsu, Konsep Etika Religius Dalam al-Quran, hlm 144-145). Nabi pernah bersabda bahwa “aku diperlihatkan neraka (yakni dalam mimpiku), kebanyakan penghuninya wanita di dunia ini mereka kufur. Ditanyakan; apakah mereka tidak percaya pada Tuhan (yakfurna bil-allah)? Nabi menjawab; tidak, artinya bahwa mereka tidak berterima kasih untuk berbuat kebaikan (yakfurna al-ihsan)”.

Oleh karena itu, pengertian kafir tidak semata-mata dimaknai sebagai orang yang tidak percaya pada Tuhan, akan tetapi mempunyai makna yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan. Artinya, sebutan kafir lebih tepat ditujukan kepada orang yang tidak percaya pada Tuhan dan sekaligus tidak berterima kasih pada sesamanya. Aksentuasi dari kata kafir itu adalah Tuhan dan manusia. Orang baru bisa dikatakan beriman jika bisa berhubungan baik dengan Tuhan dan sekaligus dengan sesamanya. Ia tidak melulu berhubungan dengan Tuhan (hablun min al-Allah), tetapi juga berhubungan baik dengan sesama manusia (hablun min Al-nass).

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Membangun hubungan harmonis, damai jauh lebih penting maknanya daripada berperang secara fisik dengan sesama manusia. Sebab pada dasarnya agama tidak menghendaki adanya peperangan dan permusuhan. Bahkan hubungan harmonis sesama manusia mendapat nilai lebih dari pada ia membela Tuhan yang transendental dengan memerangi sesamanya, Allah tidak perlu dibela, tidak butuh ibadah manusia. Oleh karena itu, jihad dalam konteks kekinian tidak harus dimaknai berperang secara fisik melawan non-Muslim. Akan tetapi yang lebih penting adalah berperang melawan hawa nafsu yang jahat. Karena hawa nafsulah yang mendorong segala bentuk kejahatan dan kemungkaran. Berjihadlah menghadapi nafsumu sebagaimana engkau berjihad menghadapi musuhmu, sabda Nabi. Ketika pulang dari suatu peperangan Nabi bertitah bahwa “kita kembali dari jihad yang terkecil menuju jihad yang terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu.” Hadist ini menunjukkan bahwa berjihad melawan hawa nafsu jauh lebih berarti daripada berjihad (al-qital) dengan manusia yang dianggap sesat.

Jika jihad tetap dimaknai semula, konfrontasi secara fisik melawan kuffar maka peperangan tidak akan kunjung usai. Agama (baca: Islam) yang seharusnya sebagai problem solver terhadap persoalan yang melilit manusia, jalan keselamatan kepada manusia, justru menjebak ke jurang yang lebih mengerikan. Begitu pula agama Kristen, Hindu, Buddha dan agama lainnya tentu akan mengklaim kafir kepada agama di luar dirinya (other religion) dan juga sebagai implikasi rasional dari adanya truth claim and salvation claim dari masing-masing agama.

Oleh karena itu, merubah performance agama yang sangar, rigid dan menakutkan itu menjadi agama yang progresif-humanis adalah niscaya. Sebab agama idealnya lahir to humanize human being, memanusiakan manusia. Agama dengan visi dan misi profetisnya harus benar-benar diupayakan dan direalisasikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Sebab jika nilai-nilai luhur dari agama mengendap menjadikan manusia tentram dan damai dalam interaksi sosial. Jika tidak, agama akan kehilangan “makna” di tengah-tengah realitas sosial.

Pemahaman jihad harus sesuai dengan visi kemanusian dan pesan moral al-Qur’an. Islam datang bukan untuk membunuh dan non-Muslim. Nabi sangat menghargai adanya perbedaan yang salah satu bentuknya adalah perbedaan agama. Tanpa adanya reinterpretasi terhadap jihad dan kata kuffar, agama tidak lagi membawa keselamatan dan kebenaran bagi pemeluknya. Bahkan terkadang jihad dijadikan alat provokasi kerusuhan dan pengrusakan. Lantas, ke mana sisi humanisme dari agama? Wallahu ‘a’lam.

Sumber: (Duta Masyarakat, 05 Juli 2002)

Continue Reading
Page 2 of 2
Prev12
Previous Post

Taqwa Sebagai Output Puasa

Next Post

Memaknai Kembali “Islam Kita”

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali
Kolom

Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali

18/06/2024
abdullah annaim
Biografi

“Negara Sekuler” ala Abdullahi An-Naim: Negosiasi Agama dan Negara Melawan Konservatisme

27/04/2024
Next Post
Memaknai Kembali “islam Kita”

Memaknai Kembali “Islam Kita”

Menyikapi Hal Yang Dianggap Benar

Menyikapi Hal yang Dianggap Benar

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

gerakan gen z

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

13/09/2025
asia spring

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

12/09/2025
Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

09/09/2025
hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    327 shares
    Share 131 Tweet 82
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    309 shares
    Share 124 Tweet 77
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    268 shares
    Share 107 Tweet 67
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    263 shares
    Share 105 Tweet 66
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    258 shares
    Share 103 Tweet 65
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.