Islamina.id – Setiap manusia mendambakan kehidupan yang mulia di dunia hingga di akhirat. Untuk mendapatkannya dibutuhkan kerja keras serta doa yang selalu dipanjatkan karena tanpa keduanya niscaya kurang sempurna.
Berapa banyak orang yang telah memiliki harta yang berlimpah namun kosong akan akan spiritual. Akhirnya mereka merasakan kegelisahan yang mendalam kadang sampai mengakhiri nyawanya.
Kedudukan mulia tak akan didapatkan bila hanya berpangku tangan serta tak ada usaha dan upaya untuk meraihnya. Orang yang ingin kaya, ia harus bekerja dan berusaha dengan kesungguhan begitu juga orang yang ingin kenyang maka ia harus makan. Manusia tak lantas mendapatkankan kemuliaan, kedudukan yang tinggi dengan hanya melamun atau menghayal semata, semua membutuhkan perjuangan dengan pikiran, tenaga, dan materi pendukung lainnya.
Rasulullah diutus ke muka bumi ini untuk membawa Rahmat kepada siapapun bukan untuk melaknat apalagi untuk menyakiti orang lain. Daya tarik ini membawa simpati kepada banyak kalangan baik pejabat maupun rakyat.
Baca juga: Peran Media Sosial dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Saat Rasulullah masih hidup, para sahabat saat menemui kendala tentang problematika kehidupan, mereka menanyakan langsung kepada beliau. Lantas Rasulullah memberikan solusi bagaimana seharusnya menyikapi masalah tersebut. Sekecil apapun perbedaan di kalangan sahabat dalam memahami ajaran Islam beliau selalu memediasi konflik yang muncul sehingga perbedaan menjadi titik persamaan bukan memperbesar perbedaan.
Misalnya saat Rasullullah menerima aduan dari dua golongan sahabat yang berbeda pendapat terkait cara menyikapi pesan beliau terkait shalat ashar di Bani Quraidhah. Hal ini sesuai penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari
عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَنَا لَمَّا رَجَعَ مِنَ الأَحْزَابِ : لاَ يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ العَصْرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ فَأَدْرَكَ بَعْضَهُمُ العَصْرُ فِي الطَّرِيقِ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ : لاَ نُصَلِّي حَتَّى نَأْتِيَهَا ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ : بَلْ نُصَلِّي ، لَمْ يُرَدْ مِنَّا ذَلِكَ ، فَذُكِرَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمْ يُعَنِّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ. رواه البخاري
Artinya:
Diriwayatkan dari Ibnu Umar berkata: Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda kepada kami saat kembali dari Ahzab: Janganlah seseorang shalat ashar kecuali di Bani Quraidhah. Sebagian golongan melakukan shalat ashar saat di perjalanan. Sebagian golongan berkata: kami tak akan shalat Ashar kecuali telah memasuki daerah Quraidhah. Sebagian lagi berpendapat: Kita shalat terlebih dahulu. Dari sini kami tak menentang pendapat satu dengan yang lain. Setelah mereka bertemu Rasulullah lantas mereka menyampaikan masalah tersebut dan Rasulullah tak menyalahkan kedua pendapat ini. (HR. Bukhari).
Dari penjelasan hadits diatas dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad mengajarkan sikap yang santun dalam menyikapi perbedaan dengan tujuan agar manusia menjadi mulia di sisi Tuhannya dan juga di hadapan makhluknya. Kemuliaan ini tidak berdasarkan dari perbedaan warna kulit, bahasa, ras maupun suku tapi dilihat dari ketakwaan seseorang kepada Tuhannya.
Baca juga: Mengenal Istilah ‘Hijrah’ dalam Islam
Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin menjelaskan orang yang akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat harus melakukan lima hal ini.
Pertama, seseorang harus mampu mengendalikan hawa nafsunya dari segala kemaksiatan. Hal ini membutuhkan waktu dan kesabaran yang tinggi karena nafsu diumpamakan seperti anak kecil yang masih menyusui, bila ibunya tak menyapihnya maka sampai tua ia akan menyusu ibunya. Begitu juga nafsu harus diarahkan dan dikendalikan sehingga tak mengarahkan kepada hal yang negatif.
Kedua, Menggunakan dunia secukupnya, ia tak terlena dengan kenikmatan sesaat sepertii jabatan yang hanya sesaat dibatasi oleh waktu.
Ketiga, Mendayakan seluruh jiwa dan raga untuk menjalankan ketaatan dan kebaikan karena ini sebagai sarana mendapatkankan ampunan dari Allah.
Keempat, mencintai orang-orang shaleh dan selalu bergaul dengan mereka karena akan mendapatkan kebaikan serta diakhirat mendapatkan syafaat mereka.
Baca juga: Ini Alasan Utama Setiap Anak Berhak Menerima Pelajaran Agama