Ketika KH. Sholeh mengantarkan KH Abdul Karim untuk menetap di Lirboyo, beliau kemudian mengadzani tempat tersebut, semalam penduduk Lirboyo tidak bisa tidur lantaran perpindahan makhluk halus yang lari tunggang larang, makhluk halus yang berupa jin tadi ditaruh pada tempat yang bernama mbuthong (kerajaan jin).
Dalam rangka menjaga orang jahat beliau KH. Sholeh menyuruh putranya yang bernama Kiyai Ya’qub untuk menemani KH. Abdul Karim. Dan tiga puluh lima hari setelah menempati tanah tersebut, beliau mendirikan suarau mungil nan sederhana yang menjadi cikal bakal pondok pesantren Libroyo bertepatan dengan tahun 1910.
Santri pertama KH. Abdul Karim adalah seorang bocah yang bernama Umar asal Madiun, kedatangannya disambut baik oleh KH. Abdul Karim karena kesatangan musyafir ini untuk mencari ilmu. Selama nyantri Umar sangat ulet dan telaten. Ia benar-benar taat pada kiyai, demikian perjalanan Umar selama di pondok Lirboyo.
Selang beberapa waktu ada tiga santri yang menyusul Umar. Mereka dari Magelang, yaitu daerah KH. Abdul Karim. Santri tersebut bernama Yusuf, Shomad, dan Sahil, kemudian diikuti juga dua santri yang bernama Syamsudin dan Maulana, keduanya dari Gurah kota Kediri.
Sedikit demi sedikit santri pada berdatangan sehingga sampa saat ini santri Pondok Lirboyo hampir berjumlah 25 ribu santri, itu semua karena keikhlasan beliau selama.
KH. Abdul Karim wafat pada tanggal 21 Ramadhan bertepatan tahun 1954 M
Karomah KH. Abdul Karim
Dengan bertambahnya santri dan tidak adanya alat elektronik tidak menyurutkan santri untuk belajar, berkah pertolongan Allah santri yang ngaji di tempat yang sangat jauh dari tempat ngaji bisa mendengarkan padahal beliau KH. Abdul Karim ngajinya dengan suara biasa, itulah di antara karomah beliau.
Semoga kita diaku menjadi santri beliau Pada hari kiamat. Alfatihah
Penulis: Ulin Nuha, M.Pd.
Alumnus TBS Kudus