Ibrah berikutnya yang kita dapatkan dari kisah kholilullah Ibrahim AS adalah sifat sabar. Sifat ini dimiliki tidak hanya pada diri Ibrahim AS, tapi juga pada istrinya, Hajar dan anaknya Ismail. Pada Ibrahim AS kita lihat betapa sabarnya beliau dalam berdoa meminta keturunan. Dalam waktu yang cukup lama, doa beliau baru dikabulkan yang akhirnya beliau mempunyai anak.
Kedua, sabarnya beliau saat menjalankan perintah Allah untuk pergi ke Mekah membawa istri dan anak beliau yang masih kecil lalu beliau diperintahkan untuk meninggalkan keluarganya tersebut untuk kembali ke Mekah, padahal jarak Mekah dan Palestina sangatlah jauh, terlebih saat itu yang belum ada transportasi seperti saat ini.
Demikian pula istrinya, Hajar. Beliau dengan sabar mengikuti suaminya ke Mekah dangan membawa anaknya yang masih kecil, Ismail AS. Lalu ditinggalkan oleh Ibrahim AS dengan perbekalan yang tidak banyak, kemudian menunggu kedatangan suami sambil merawat dan mendidik anaknya. Semua dilakukannya dengan penuh kesabaran, karena dia sadar itu semua dilakukan suaminya dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT.
Sementara anaknya, Ismail juga sama. Dengan gemblengan dan didikan ibunya, Ismail tumbuh menjadi remaja yang taat, sabar dan patuh pada orang tuanya. Kesabaran yang dimiliki Ismail disamping didikan sang ibu, bisa jadi karena pengaruh lingkungan terutama saat Ismail menjadi penggembala domba. Dan memang para nabi dan rasul dalam perjalanan hidup atau sirohnya, pada umumnya pernah menjadi penggembala kambing, sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ » . فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ « نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ »
“Tidaklah Allah mengutur seorang nabi kecuali (pernah) menggembalakan kambing” Para sahabat bertanya: “ Juga Engkau ya Rasul?” Rasul bersabda: “ Iya, aku pernah menggembala dengan imbalan beberpa qirath dari pendudukn Mekah.” (HR. Bukhori)
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathu al-Bari, ketika mensyarah hadits ini beliau mengatakan bahwa hikmah di balik penggembalaan kambing sebelum masa kenabian adalah agar para nabi terbiasa mengatur kambing yang nanti dengan sendirinya akan terbiasa menangani problematika umatnya.
Dan juga dengan kambing akan dilatih untuk sabar dalam menyantuni dan mengayomi. Karena kambing apalagi dalam jumlah banyak kemudian ada yang berpisah, maka harus ada kemampuan untuk mengatur kambing-kambing tersebut karena kambing ada yang gampang diatur dan ada juga yang sulit. Maka kesabaran tersebut akan membantu mereka dalam membimbing ummat. ( Fath al-Bari bi Syarh Shohih al-Bukhori, Juz 4, hadits no 2.200, hal. 516).