Setelah sekian lama terpisah, akhirnya Ibrahim AS yang sudah demikian kangen dengan putra dan istrinya tersebut berangkat menuju Mekah, tempat Hajar dan Ismail beliau tinggalkan. Ketika beliau sampai di satu tempat, yaitu Arafah beliau melihat istri dan putranya sedang menggembala. Dan Arafah menjadi saksi pertemuan keluarga yang sama-sama dilanda kerinduan yang mendalam. Setelah melepas kerinduan, mereka bertiga berangkat kembali ke Mekah dan sebelumnya bermalam di Muzdalifah. Di sinilah kemudian Ibrahim AS memperoleh perintah Allah SWT agar mengurbankan putranya, Ismail AS yang baru saja beliau temui. Yang kemudian dalam proses pengurbanan tersebut, dengan kuasa dan kehendak Allah, digantikan dengan seekor kibasy (domba).
Lahirnya Ismail sebagai anak yang memiliki keimanan yang kuat, ketulusan hati dan ketaatan serta keikhlasannya dalam menjalankan perintah Allah SWT, bukanlah sesuatu yang tiba-tiba. Tapi ada proses di situ, ada tarbiyah yang luar biasa yang dilakukan orang tuanya sehingga memiliki seorang anak remaja yang benar-benar memahami makna iman dengan kedalamannya. Dengan kedalaman imannya itulah Ismail sadar dan paham benar bahwa dirinya bahkan nyawa yang ada pada dirinya pada hakikatnya adalah milik Allah (Inna Lillah) oleh karenanya sudah sepatutnya digunakan untuk taat kepada Sang pemberi hidup yaitu dengan menjalankan perintah-Nya tentu dengan penuh keridhoaan dan keikhlasan karena Allah.
Untuk mendidik ana-anak kita supaya punya keimanan yang kuat, ketulusan hati dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah, kita bisa belajar dari Khalilullah AS dan istrinya agar anak-anak kita bisa menjadi qurrata a’yun. Salah satunya adalah Kesungguhan dalam berdoa.
Kehamilan Hajar merupakan salah satu dari hasil kesungguhan berdoanya nabiyallah Ibrahim AS. Selain doa yang sudah tertulis di atas, terkait dengan permohonan minta keturunan, Ibrahim AS juga berdoa:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Ya Tuhan kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu dan (jadikanlah) anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu juga dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara daan tempaat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah: 128).
Doa di atas bukti kesungguhan Ibrahim AS dalam berdoa dan bahkan diabadikan dalam al-Quran. Ikhtiar semacam ini merupakan ikhtiar yang dilakukan Ibrahim AS sebelum anaknya dilahirkan. Merujuk dari kisah Ibrahim dan juga firman-firman Allah yang lain yang terdapat dalam al-Quran —seperti kisah keluarga Imran— para pakar pendidikan Islam mengangkat teori “Pranatal Education” (Pendidikan itu dimulai sebelum anak dilahirkan) Diantara pakarnya antara lain: a) Prof. Dr. Zakiah Darajat dengan bukunya Ilmu Jiwa Agama; b) Dr. H. Ali Akbar dengan bukunya Merawat Cinta Kasih ; c) Prof. Dr. H. Baihaqi A.K dengan bukunya “Mendidik Anak Dalam Kandungan.”
Selain kesunggguhan dalam berdoa, apa lagi yang hendaknya dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya sebelum dilahirkan atau masih dalam kandungan sehingga menjadi anak yang qurrata a’yun?
In syaa Allah tulisan yang akan datang menjawabnya.
Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat.