Kekerasan kerap muncul dengan disandarkan atas pembenaran. Dalam konteks ini, agama menjadi korban sebagai justifikasi dan legitimasi kekerasan tersebut, terutama agama samawi.
Fenomena kekerasan sebenarnya sudah dimulai sejak manusia ada di muka bumi sebagaimana yang dialami oleh kedua anak Nabi Adam As yaitu, Qabil dan Habil. Hanya karena masalah perkawinan kedua pasangan tersebut yang dinilai oleh salah satu pihak tidak adil muncul kekerasan pertama dalam sejarah umat manusia.
Anggapan ketidakadilan inilah yang mendorong satu pihak yang merasa didzalimi harus melakukan kekerasan terhadap yang lain. Kekerasan kerap muncul dengan disandarkan atas pembenaran. Dalam konteks ini, agama menjadi korban sebagai justifikasi dan legitimasi kekerasan tersebut, terutama agama samawi.
Tingkat penganiayaan dan pertumpahan darah dalam sejarah umat manusia sebenarnya paling sedikit terjadi di kalangan umat Islam jika dibandingkan dengan yang terjadi di kalangan umat agama lain. Bahkan umat Islam termasuk kelompok yang sebenarnya korban dari tindakan terorisme selama ini.
Berbeda dengan apa yang terjadi di kalangan umat lain seperti Zionist misalnya. Dalam laporan CII AS menyebutkan bahwa insiden-insiden dan kejadian terorisme yang terjadi di AS dalam periode tahun 1980-2005 sangat sedikit yang dilakukan oleh umat Islam atau hanya sekitar 6% dari semua tindak terorisme yang dilakukan oleh kelompok lain.
Bukan bertendensi untuk memperbandingkan lebih juah, namun poin yang ingin disampaikan bahwa kekerasan dan teror itu hampir terdapat dalam sejarah agama, termasuk agama samawi seperti Yahudi, Kristen dan Islam. Lalu, mengapa teroris itu kerap dengan mudah melakukan aksi kekerasan atas nama agama? Apakah agama memang berpotensi menganjurkan tindakan kekerasan atau ada celah mudah yang dimiliki agama untuk mudah dieksploitasi untuk legitimasi kekerasan?
Terorisme dan Tragedi Kemanusiaan dalam Agama Samawi
Sejatinya agama diturunkan untuk memberikan petunjuk dan jalan selamat dari penganiyaan dan kerusakan dan jalan menuju perdamaian. Namun, dalam perjalanan sejarah terdapat beberapa tragedi kemanusiaan, kekerasan, terorisme dan pertumpahan darah yang menyimpang dari ajaran agama itu sendiri.
Baca juga :
Praktek kekerasan dalam agama lahir sebagai keserakahan manusia dengan mengeksploitasi agama sebagai dasar pembenaran. Hampir dalam sejarah agama, termasuk agama samawi terdapat tragedi mengerikan yang mengancam dan merusak kemanusiaan. Dalam hal ini kita akan kupas dalam sejarah tiga agama samawi, Yahudi, Nasrani dan Islam.
- Yahudi
Yahudi merupakan sebuah agama samawi yang pertumbuhannya sudah dikenal lama, yaitu agama Ibrani yang merupakan turunan dari Nabi Ibrahim As sebagai Bapak para Nabi dari Bani Israel. Dari situlah Nabi Musa juga lahir yang didukung dengan kitab Taurat kemudian setelah itu menyusul nabi-nabi berikutnya kepada bangsa ini
Yahudi terbagi ke dalam beberapa bagian dan memiliki kitab suci antara lain adalah Perjanjian Lama yang merupakan kitab suci bagi Yahudi dan Nasrani. Di kitab ini terdapat syair-syair, prosa, kata-kata bijak, pepatah, kisah-kisah dan filsafat-filsafat serta cerita-cerita lama dan perundang-undangan.
Pertanyaannya, apakah ada gerakan terorisme yang dalam sejarah agama Yahudi. Akar sejarah terorisme dalam agama Yahudi berawal dari klaim tunggal yang mengkaitkan dirinya sebagai pemegang teguh Perjanjian Lama,namun mereka melakukan tindak-tindak terorisme, racisme, pendudukan dan penjajahan hingga ke tingkat yang lebih tinggi yaitu pensakralan terhadap agamanya sendiri dan menjadikan Zionist sebagai sebuah ideologi.
Zionisme menjadi keyakinan untuk membenarkan semua tindakan-tindakan yang dilakukan seperti penindasan dan pembantaian atas nama agama serta permusuhan dan perampasan tanah dan kekayaan serta hak-hak orang Arab untuk mewujudkan cita-citanya yang paling tinggi yaitu, membentuk negara Israel Raya yang secara ekonomis yang memanjang mulai dari sungai Nile hingga ke sungai Efrat. Mereka menjadikan agamanya sebagai alasan untuk menindas bangsa Arab Palestina, menjarah dan memperkosa tanah air sebagai wujud rasisme dan memaksa mereka harus tunduk kepada Israel.
Orang-orang Yahudi telah melakukan tindakan kekerasan dan terorisme sejak masa dulu terhadap mereka yang bukan Yahudi dan membentuk kelompok-kelompok Yahudi di Yunani dan Roma untuk tujuan ini. Sejarah terorisme dalam Yahudi dapat dilacak hingga ribuan tahun sebelumnya atau sebelum berdirinya negara Zionist.
Dalam kitab Talmud yang merupakan salah satu kitab suci agama Yahudi ditemukan petunjuk-petunjuk yang berpotensi disalahtafsirkan untuk melakukan tindak terorisme untuk tujuan politik. Oleh karena itu, slogan “membolehkan semua cara untuk mencapai tujuan” merupakan sebuah prinsip yang sudah tertera dalam kitabnya yaitu pada Sufurtasniya 20/10-16 yang menyebutkan” ketika sudah mendekati sebuah kota agar memerangi maka sama sekali jangan melewati satu orangpun”.
Ketika mereka memasuki kota Jeriho di bawah komando Yousah seribu tahun sebelum Masehi, mereka memenggal leher penduduk orang-orang Jeriho dan mengatakan kepada pasukannya sembilahlah mereka semua yang ada dalam kota baik laki-laki maupun perempuan, anak dan orang tua hingga sapi, kambing dan himar mereka dan bakarlah semua apa yang ada di dalamnya setelah kalian mengambil emas, logam, perak, tembaga, besi dan lain lain.
Selain itu, terdapat juga kelompok bernama “Sikari” yaitu sebuah gerakan Yahudi yang terorganisir lahir dari sekte Zaelut yang banyak melakukan tindakan terorisme terhadap pemerintahan Romawi. Kelompok teroris ini menggunakan peralatan tradisional seperti pedang pendek yang dinamakan “sika” dalam melawan pemerintahan Romawi kemudian nama ini menjadi nama kelompok yaitu, Sikari yang artinya mereka menyembunyikan pedang dalam baju mereka.
Mereka melakukan tindakan terorism baik di siang hari atau pada saat pesta besar atau di tempat-tempat orang berkumpul. Tindakan kekerasan juga dilakukan dalam bentuk pembunuhan, pengrusakan dan membakar rumah-rumah termasuk meracuni air minum dan membakar dokumen persis seperti yang dilakukan oleh kelompok Zionis.
Sejumlah peneliti mengatakan bahwa gerakan ini merupakan gerakan yang paling berbahaya di Timur Tengah dalam sepanjang sejarah. Namun, semua peneliti saling berbeda dalam menilai tindakan kelompok ini. Ada yang menilai sebagai sebuah gerakan pemberontakan yang sukses melawan pemerintahan Romawi, sementara sejarawan lainnya menilai sebagai sebuah sindikat pencuri yang menjadikan orang-orang penting sebagai sasaran dengan menuntut kekebasan dari sebuah negara.
Kelompok ini juga mengajarkan para pengikutnya agar melakukan tindakan kekerasan yang keji dalam menghadapi mereka yang bukan Yahudi. Mereka menciptakan ketakutan dalam jiwa bangsa-bangsa lain seperti Alkananianiyin atau bangsa Arab dan menindas mereka, karena pertikaian air di antara mereka dan merampas tanah mereka dan harta melalui kekerasan dan menumpahkan darah mereka serta perang yang terus menerus.