Keluarga yang memiliki ketahanan kuat akan mampu menafsirkan ancaman pengaruh luar bagi anak-anak. Mereka tak hanya memikirkan kecukupan nutrisi biologis, namun juga ruhani dan psikologis. Sehingga, ciri paling menonjol dari keluarga yang berketahanan kuat ialah mampu menjadikan rumah sebagai tempat yang paling nyaman bagi anak. Artinya, orang tua mampu menjadi penuntun dan pelindung pada masa anak-anak, sahabat dan pembimbing pada masa turbulensi remaja, dan figur otoritas bagi anak ketika dewasa.
Kunci Signifikan: Daya Literasi Digital Keluarga
Di era digital, ketahanan keluarga bukan menjadi satu-satunya aspek yang dapat mencegah radikalisme. Daya literasi digital keluarga memiliki porsi peran yang signifikan. Selain berpijak pada ketahanan keluarga, keluarga juga harus memiliki kemampuan literasi digital keluarga. Lazim dipahami bersama bahwa sebagian besar radikalisme menyebar melalui internet. Remaja dan anak muda yang notabene merupakan digital native dibombardir dengan beragam konten radikalisme. Ibarat efek iklan, penyampaian konten radikal yang secara terus-menerus dapat membentuk pemikiran yang radikal.
Bila anak dan remaja semakin sering terpapar konten radikal, mereka akan rentan mengalami radikalisasi di dunia siber. Oleh karena itu, orang tua harus menyadari betapa penting menguatkan literasi digital keluarga. Literasi digital keluarga diperlukan sebagai proteksi bagi anak agar tidak terpapar konten ‘bermasalah’ dalam internet. Anak dan remaja perlu dilindungi dari bahaya internet. Jangan sampai, hanya karena mengakses internet tanpa dampingan orang tua, anak dan remaja terjebak paham radikal.
Setelah anak dan remaja merasakan bahwa orang tua adalah sahabat anak, maka ini adalah awalan dari literasi digital keluarga. Orang tua perlu membuat sejumlah kesepakatan dengan anak terkait waktu penggunaan internet dan konten yang diakses. Orang tua perlu terlibat intens dalam dialog dengan anak terkait pengetahuan baru yang didapat anak dari kegiatan berinternet. Dengan begitu, orang tua akan mampu mencegah paham radikalisme menyusup melalui piranti digital yang diakses anak.
Baca Juga: Kaderisasi Peacekeeper pada Digital Native