Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Kontribusi Ulama Di Indonesia Dan  Meluruskan Faham Radikal Ala Salafi Wahabi

Kontribusi Ulama Di Indonesia Dan Meluruskan Faham Radikal Ala Salafi Wahabi

Mengembalikan Makna Agama

Hatim Gazali by Hatim Gazali
17/03/2021
in Kolom, Tajuk Utama
10 0
0
10
SHARES
204
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islamina.id – Bagi agamawan dan sudah menjadi kepercayaan banyak manusia bahwa agama adalah jalur sah yang harus ditempuh manusia untuk menuju Tuhan. Tanpa itu, manusia tidak akan pernah sampai, bersua dengan Tuhan (liqaillah). Karena itulah, antara Tuhan dan agama tidak bisa dipisahkan. Bagi mereka, agama adalah Tuhan dan sebaliknya, Tuhan adalah agama. Tak ada agama yang tak memiliki Tuhan. Tapi, adakah Tuhan yang tidak memiliki agama ?


Kepercayaan diatas sudah lama tertanam dalam diri manusia. Ketika bayi hadir kedunia, ia harus diperdengarkan dan diperkenalkan tentang kalimat Tuhan dengan adzan¸iqomat dan sebagainya. Begitupula setelah besar, ia terus mendapat pengarahan dari kedua orang tuanya untuk pergi ketempat ibadah, menunaikan ritual-ritual formal yang merekapun belum tentu memahami maknanya. Mereka hanya melaksanakan perintah orang tuanya, tanpa disertai kesadaran bahwa Tuhan adalah kebutuhan primer.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun


Baru setelah menginjak dewasa, ketika bisa berifikir secara jernih dan mandiri, ia bisa menentukan apakah akan tetap melaksanakan tuntutan yang diajarkan orang tuanya atau justru meninggalkan dan mencari jalan lain untuk mendekati Tuhan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, sang anak tidak menyembah Tuhan sebagaimana orang tuanya dan tidak beragama (ateis). Disadari atau tidak, fenomena ini sudah menjadi gejala umum dalam sistem keberagamaan seluruh manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia.

Baca juga: Perlunya Saling Menghargai Seperti Kisah Ini


Pertanyannya, benarkah agama sebagai satu-satunya sarana yang sah untuk menuju Tuhan ?. Adakah jalan lain yang bisa menyampaikan manusia kepada Tuhan, selain agama ? Kemudian, bisakah agama dipisahkan dari Tuhan, yakni suatu agama yang sama sekali tidak memiliki ajaran ketuhanan ?. Dan bagaimana ketika agama sudah terpisah dari Tuhan.


Sejumlah pertanyaan diatas terus menggelitik penulis ketika mencermati sistem keberagamaan di Indonesia. Dalam hal ini, sekurang-kurangnya ada dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, agama-agama seringkali bertengkar dan saling memusuhi hanya untuk mempertahankan eksistensi atau hanya sekedar persepsi tentang Tuhan.

Tidak jarang, suatu agama harus membantai agama lain karena dianggap sesat dan bertentangan dengan keyakinan yang dipeluknya. Pandangan outsider, kafir, murtad, musyrik sudah tidak asing dan menjadi legitimasi teologis untuk memusnahkan sesamanya.


Tragedi kemanusiaan di Ambon, Aceh dan daerah lainnya adalah contoh konkrit bahwa manusia berperang mempertaruhkan nyawanya demi tuhan yang disembahnya. Sedemikian agungkah Tuhan sehingga darah, nyawa, harta manusia tidak lagi berharga dihadapanNya? Pertaruhan manusia untuk menuju Tuhan melalui agama sudah tidak bisa memperhatikan aspek kemanusiaan. Dengan janji keselamatan eskatologis, pemeluk agama membunuh, melakukan aksi teror atas sesamanya dibawah bendera Tuhan.

Baca juga: Agama Sarana Menuju Tuhan?Ini Penjelasannya


Kedua, penganut agama sudah terjebak pada ritual-formalistik. Baik Islam, Kristiani ataupun lainnya, seringkali memahami bahwa untuk mencapai ridho Tuhan harus ke Gereja atau Mesjid dengan melaksanakan seperangkat aturan-aturan formal, tanpa berupaya untuk memahami subtansi dan makna dari sebuah ritual tersebut.

Sedangkan penganut agama yang malas pergi ketempat ibadah dipandang sebagai orang yang jauh dari (kasih-sayang) Tuhan. Bagi mereka, jalan satu-satunya untuk mencapai ridho Tuhan adalah tempat ibadah seperti Mesjid, Gereja ataupun lainnya.


Sebenarnya, subtansi dan esensi dari suatu ibadah adalah kedekatan diri kepada Tuhan secara personal serta mempraksiskan pesan-pesan Tuhan dalam aksi sosial secara konkrit. Ibadah adalah wilayah privat. Sebuah ibadah bisa dikategorikan diterima dihadapan Tuhan manakala seseorang (abid) bisa mewujudnyatakan pesan-pesan ilahiyah dalam kehidupan bermasyarakat. Inilah yang disebut dengan kesalehan sosial.

Page 1 of 2
12Next
Tags: Agamaagama islammakna agama
Previous Post

Perlunya Saling Menghargai Seperti Kisah Ini

Next Post

Asyiknya Belajar Qira’at Sab’ah

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Asyiknya Belajar Qira’at Sab’ah

Asyiknya Belajar Qira'at Sab'ah

Kunci Mendaki Puncak Spiritualitas: Belajar Dari Muhammad Dan Sang Buddha

Kunci Mendaki Puncak Spiritualitas: Belajar Dari Muhammad dan Sang Buddha

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.