Hari-hari ini sudah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, dan tidak lama lagi ia akan meninggalkan kita. Sudahkah kita melakukan ibadah penuh makna ataukah Ramadhan ini berlalu tanpa makna? Seharusnya selama satu bulan ini kita membawa oleh-oleh sebagai bekal kebahagiaan sejati nanti di akhirat, dan juga dapat membahagiakan orang-orang di sekitar kita dengan mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah. Bulan Ramadhan ini harus dijadikan revolusi ibadah agar bisa dipetik tidak saja di dunia, melainkan juga di akherat.
Bulan Ramadhan menawarkan oleh-oleh yang tidak ada bandingannya dengan oleh-oleh yang diberikan terhadap orang pada umumnya, bahkan oleh seorang raja, karena oleh-oleh tersebut lebih baik dari pada 1000 bulan, ialah yang disebut dan dikenal oleh orang Mukmin dengan nama Lailatul Qadar. Firman Allah swt:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu, Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan, Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q.S. al-Qadr: 1-5).
Esensi 1000 Bulan
Malam indah yang lebih baik dari seribu bulan itu adalah malam yang penuh berkah, malam yang mulia dan memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri. Syeikh Muhammad Abduh memaknai kata “al-Qadar” dengan kata “takdir”. Ia berpendapat demikian, karena Allah SWT pada malam itu mentakdirkan agama-Nya dan menetapkan khittah untuk Nabi-Nya, dalam menyeru umat manusia ke jalan yang benar. Khittah yang dijalani itu, sekaligus melepaskan umat manusia dari kerusakan dan kehancuran yang waktu itu sedang membelenggu mereka. (Hasbi Ash Shiddieqy, 1996:247).
Kata “al-Qadar” diartikan juga “al-Syarf” yang artinya mulia (kemu¬liaan dan kebesaran). Maksudnya Allah s.w.t. telah mengangkat kedudu¬kan Nabi-Nya pada malam Qadar itu dan memuliakannya dengan risa¬lah serta membangkitkannya menjadi Rasul terakhir. Mengenai hal ini diisyaratkan dalam surat al-Qadar, bahwa malam itu adalah malam yang mulia, malam diturunkannya al-Qur’an sebagai kitab suci yang terakhir.
Esensi malam lailatul qadar menurut Al Quran adalah malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan sebagai wujud dari Rahmat Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad yang usianya relatif pendek jika di bandingkan umat Rosul-rosul sebelumnya. Apabila ada kebaikan yang dikerjakan pada malam lailatul qadar, nilainya akan dilipatgandakan seperti sedang mengerjakan amalan serupa selama seribu bulan atau 83 tahun. Itulah kemurahan Allah SWT kepada kita semua sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
Dari esensi di atas, dapat disimpulkan bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa di bulan Ramadhan. Pada malam tersebut keutamaan yang dijanjikan Allah SWT melimpah ruah. Setiap umat Islam yang berusaha meraihnya Insya Allah akan mendapatkannya. Lailatul Qadar adalah merupakan revolusi ibadah.
Melihat keutamaan yang dimilikinya, maka semestinya hati seorang mukimin harus tertantang dan menaruh cita-cita tinggi untuk memperoleh oleh-oleh tersebut pada satu malam saja di bulan suci ramadhan ini. Rasulullah saw senantiasa berusaha untuk memperoleh kemulian yang agung ini di hari-hari ganjil pada malam bulan suci ramadhan. Dan disebutkan bahwa ketika sudah masuk hari ke sepuluh dari bulan suci ramadhan, Rasulullah saw menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya dan bersemangat dalam beribadah.
Baca Juga:
3 Hal Berharga yang Dilakukan dalam Sepuluh Hari Terakhir
Apa yang Kita Lakukan?
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim disebutkan, bahwa malam Qadar terjadi pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, Nabi s.a.w. bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dari Aisyah r.a. ia menuturkan, “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda, “Carilah malam Qadar pada malam-malam ganjil pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1878 dan Muslim: 1998)