Implementasi moderasi beragama dalam pembelajaran Biokimia di Lembaga Pendidikan sangat perlu dilakukan, khususnya Perguruan Tinggi. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan metode pengajaran yang dikaitkan dengan Sains dalam Al-Quran. Pengajar dapat memberikan arti penting dalam keberagaman di lingkungan, menghargai pendapat orang lain, dan toleran terhadap siapapun. Tugas pengajar selain mendidik mahasiswa juga memberikan pemahaman mengenai pentingnya hidup saling menghargai baik dengan sesama maupun antar umat beragama. Setiap orang mempunyai hak untuk beribadah sesuai dengan kayakinan masing-masing sesuai prinsip moderasi beragama.
Pengajar harus mampu memberikan sebuah pencerahan mengenai moderasi beragama agar peserta didik dapat menjadi manusia yang bermanfaat di lingkungan keluarga, sekolah, kampus, maupun masyarakat sekitar. Melalui pengenalan moderasi beragama di kalangan mahasiswa diharapkan tercipta suatu kerukunan antar sesama manusia (live together) dan dapat hidup berdampingan satu sama lain (live with other) meskipun berbeda agama, etnis, ras, keyakinan, dan lain sebagainya. Terlebih dalam lingkungan kampus, peran Dosen mutlak diperlukan demi kemajuan kampus. Dalam hal ini dosen harus memiliki prinsip moderat atau berada di tengah-tengah agar dapat memperlakukan mahasiswa dengan adil, baik, dan sesuai tuntunan agama sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan.
Seorang Dosen tidak hanya bertugas memberi ilmu pengetahuan kepada mahasiswa saja tetapi juga membentuk karakter mahasiswa agar dapat menjadi pribadi yang mandiri, unggul, serta dapat mengamalkan ilmunya dengan baik. Sesuai dengan ajaran agama Islam yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan untuk prestasi akademik (science for achievement) saja, tetapi juga untuk kedamaian bagi umat manusia (science for peace of society). Adanya ilmu pengetahuan dapat membuat kesejahteraan bagi seluruh umat (science for human welfare). Demikian juga dengan kemajuan ilmu sains maupun teknologi dapat dikendalikan dengan selalu berada di jalan yang lurus.
Prinsip moderasi beragama pada tingkat mahasiswa di universitas sesuai dengan konsep pembelajaran sepanjang hayat yaitu learning to know (belajar untuk dapat mengetahui), learning to do (belajar untuk mengerjakan), learning to live together (belajar hidup berdampingan dengan siapapun), serta unity in diversity (bersatu dalam perbedaan budaya, agama, dan keyakinan).
Dosen dianggap sebagai manusia yang sempurna dimana segala sikap, perbuatan, tindakan, dan perkataan diingat oleh mahasiswa sebagai contoh terlebih dalam kehidupan seharei-hari. Dosen merupakan role model bagi mahasiswa untuk mengolah perbedaan dalam bersikap dan berfikir. Sebagai seorang Dosen maka harus mampu mengatasi perbedaan bahasa, ras, warna kulit mahasiswanya ketika proses perkuliahan dalam menerapkan moderasi beragama di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa dapat memberikan contoh kegiatan yang dilakukannya dengan mengimplementasikan moderasi beragama dalam kehidupan nyata.
Dosen dan mahasiswa harus dapat memahami tiga tipe belajar, yaitu (1) belajar praktis (practical learning) tentang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, (2) belajar teknis (technical learning) tentang berinteraksi dengan lingkungan alam, dan (3) belajar emansipatoris (emancipatory learning) tentang transformasi budaya dengan lingkungan sosialnya. Dosen bertugas untuk mengarahkan, menyalurkan, dan memotivasi mahasiswa agar dapat mengembangkan potensi yang telah dimilikinya. Setiap Mahasiswa memiliki potensi beragam dan unik. Keunikan itu dapat dimanfaatkan dosen untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa. Mahasiswa harus dapat menghargai dan menghormati orang lain baik dosennya maupun temannya yang lain. Dalam proses pembelajaran dan pengajaran mahasiswa harus berfikir terbuka untuk menghargai hidup, memperoleh pendidikan yang lebih baik, berekspresi, mengamalkan agama dan menghargai orang lain.
Mahasiswa sebagai pelopor penerus bangsa maka harus diberikan pengetahuan yang luas mengenai penerapan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Mahasiswa harus dapat menjadikan agama Islam sebagai landasan dalam bergaul dengan orang lain dan menghargai perbedaan. Hal ini membutuhkan peran seorang dosen untuk menanamkan moderasi beragama. Implementasi moderasi beragama dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi juga dapat diterapkan dalam pembelajaran biokimia.
Materi sel dan fungsi sel pada biokimia membahas mengenai manusia sesungguhnya tidak tahu bentuk sel yang sebenarnya seperti apa. Dalam keyakinan agama Islam, hal tersebut hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui. Sebagai seorang khalifah di bumi manusia harus berusaha untuk mencari kebenaran yang pada akhirnya akan tunduk kepada Allah SWT dan mengakui bahwa kesempurnaan hanya milik Allah. Semua makhluk yang diciptaan oleh Allah tidak akan sia-sia sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat 191.
Organisme hidup tidak hanya merupakan kumpulan zat yang tidak hidup. Ahli filsafat menyebutkan adanya tenaga hidup yang bersifat abstrak dalam ilmu biokimia. Mahasiswa telah mempelajari proses kimia yang terjadi dalam zat hidup atau dengan kata lain proses biologi mengikuti prinsip fisika dan kimia. Namun demikian misteri kehidupan belum dapat dijelaskan dengan proses fisika, kimia, maupun biologi dalam makhluk hidup. Orang yang mempercayai bahwa semua makhluk hidup ada penciptanya maka akan dengan mudah mendapatkan jawaban keabstrakan kejadian manusia yakni melalui wahyu Allah dalam Alquran surat Al Hajj ayat 5.
Materi biokimia lain ada pada karbohidrat yang utama terdapat dalam darah dalam bentuk glukosa dan sangat penting bagi manusia untuk menghasilkan energi. Manusia dalam keadaan normal mengandung 70 sampai dengan 100 mg glukosa per 100 ml darahnya. Jika kadar glukosa terlalu tinggi akan menimbulkan hiperglikemi dan jika terlalu rendah akan menimbulkan hipoglikemi. Cara untuk menghindari keadaan itu maka Allah telah memperingatkan dalam surat Thaha ayat 81 dan Al A’raf ayat 31 mengenai larangan untuk makan secara berlebihan karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (serakah).
Penyakit Obesitas dapat terjadi akibat pertumbuhan sel yang tidak teratur pada manusia yang berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Marilah kita selalu bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkan kenikmatan kepada kita manusia sebagaimana firmanNya dalam Alquran surat Ar Rahman ayat 13 yang artinya “Maka nikmat manakah yang kamu dustakan”.
Selain karbohidrat juga ada protein yang dicerna menjadi asam amino untuk kemudian dibentuk menjadi otot dan jaringan lain. Protein juga berfungsi sebagai sumber energi lain apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak dapat mencukupi. Pada saat seseorang melakukan diet ketat atau pada saat latihan fisik maka dianjurkan untuk mengkonsumsi lebih banyak protein daripada karbohidrat. Sel-sel tubuh pada manusia penyusun utamanya adalah dari unsur protein. Sumber protein bagi manusia terdapat dalam bahan makanan yang bersumber dari tumbuhan dan hewan. Peran protein terdapat dalam surat Al Mukminun ayat 21 yang membahas mengenai binatang ternak dan kegunaannya bagi manusia.
Bahan makanan yang mengandung protein nabati didapatkan dalam sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Begitu besar fungsi protein tumbuhan yang berupa buah-buahan, sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat Al An’am ayat 99 mengenai buah kurma, anggur, zaitun, dan delima. Sesungguhnya hal ini merupakan tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang beriman.
Tingginya manfaat protein nabati dan hewani bagi manusia tidak diragukan lagi mengenai petunjuk Alquran dalam mengatasi permasalahan gizi di Negara kita. Berbagai kendala yang menjadi faktor permasalahan gizi sebenarnya dapat diselesaikan apabila manusia mau berfikir seperti yang diajarkan dalam Alquran Surat An Nahl ayat 44 bahwa diturunkannya Al-Quran sebagai penerang umat manusia agar manusia dapat memperoleh jawaban atas pemikirannya.
Peran Dosen dalam menanamkan Moderasi beragama di Perguruan Tinggi sangat penting karena Dosen memiliki peran penting untuk memberikan pemahaman dan pengertian yang luas tentang Islam yang rahmatan lil alamin dengan menghargai perbedaan. Moderasi beragama bagian dari usaha bersama agar bangsa Indonesia ini terhindar dari perpecahan karena perpecahan merupakan awal dari kehancuran sebuah bangsa.