Kemudian Habib Umar bin Muhammad al-Hafidz melanjutkan nasehatnya bahwa para anak cucu Sayyidina al-Hussein harus berkata baik dan tidak akan mencela orang. Nasehat yang kedua ini dirasa paling penting, karena lisan adalah sarana paling krusial yang bisa mendatangkan mudharat.
Seperti bunyi hadits Nabi yang diriwayatkan dari Imam Bukhari:
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَـيْرًا أَوْ لِيَـصـمُــتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”
3. Tidak Menzhalimi dan Menebar Kebencian
Pasti salah satu diantara kita pernah menzhalimi teman, tetangga, atau bahkan saudara. Berbuat zhalim seperti bullying, intimidasi, dan sebagainya tidak pernah dicontohkan oleh Sayyidina al-Hussein. Ayahnya dan kakeknya tidak pernah mencontohkan itu.
Lalu, para keturunan Rasulullah SAW juga harusnya tidak menebar kebencian (hate speech) terhadap umat manusia. Jika ada keturunan Nabi SAW yang menebar kebencian, kemungkinan ia lupa bagaimana datuknya sangatlah agung dalam berkemanusiaan.
Dari nasehat-nasehat Habib Umar bin Muhammad al-Hafidz diatas, kita sebagai umat Islam semakin menjadi tercerahkan. Momentum hari Asyura dijadikan bukti, betapa Sayyidina al-Hussein dan para anak cucunya masih meneruskan thariqah an-nabawiyyah yang relijius dan pluralis.