Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Ngasuh Dan Pentingnya Sanad Keilmuan

Ngasuh Dan Pentingnya Sanad Keilmuan

Ngasuh dan Pentingnya Sanad Keilmuan

Ahmad Rusdi by Ahmad Rusdi
29/07/2020
in Kolom
14 1
0
15
SHARES
291
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Seorang sahabat mengusulkan nama renungan subuh menjadi “Ngasuh” (renuNGAn SUbuH). Respon saya atas usulan tersebut langsung saya posting di status, karena saya tertarik dan memang menarik. Tapi subuh ini saya masih gunakan nama Renungan Subuh, belum Ngasuh. In syaa Allah besok. Mudah-mudahan tidak lupa. amiin.

Kata Ngasuh sebenarnya bukan bahasa baku dalam Bahasa Indonesia, yang baku ya “asuh”. Kata ngasuh berasal dari “mengasuh”, lalu disingkat menjadi ngasuh. Jadi ya sah-sah saja kita menggunakannya. Karena dalam pelajaran bahasa kita juga mengenal singkatan-singkatan kata agar praktis. Kalau dalam Bahasa Arab ada yang disebut li al-Takhfif. Hal seperti ini juga ada dalam ayat al-Qur-an. Misal ayat: وما خلقت الجن والإنس الا ليعبدون

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Ayat tersebut asalnya Liya’buduuniy, ada NUN Wiqoyah dan YA almutakallim (ني), tapi dihilangkan karena li al-takhfif. Makanya terjemahannya’ Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-KU.” Kalau tidak ada “NIY” terjemahannya ya tanpa kalimat “kepada-KU”.

Contoh lain misalnya dalam surat al-Qodr, seharusnya pada ayat ke empat itu bunyinya “ Tatanazzalu” tapi huruf ‘TA” yang satu dihilangkan sehingga menjadi “ Tanazzalu”. Makanya di tafsir Jalalain dikatakan بحذف إحد التائين من الأصل . Jadi meringkas kata atau kalimat itu hal yang biasa terjadi. Oleh karenanya mengasuh supaya bisa jadi enak sebagai kepanjangan Renungan Subuh, ya disingkat jadi “Ngasuh.” He he

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), asuh—mengasuh—- merupakan padanan dari kata menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil; membimbing supaya—orang yang dibimbingnya—dapat berdiri sendiri, dan; memimpin. Jadi pada kata “mengasuh” ada proses menjaga, merawat, mendidik, membimbing dan memimpin. Makna ini terasa penting untuk kita pahami dalam memproses untuk mewujudkan generasi yang saleh.

Ada kaidah fiqh yang cukup masyhur yang sering dikutip ulama-ulama kita: “ al-Muhafazhotu ‘ala qodiym al-sholeh wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah, memelihara atau menjaga nilai-nilai lama lama yang baik dan mengambil nilai-nilai yang baru yang lebih baik.” Dari kaidah ini terkandung makna mengasuh, dimana seorang yang diamanahi untuk mengasuh, dia hendaknya menjaga nilai-nilai lama yang baik untuk kebaikan dan kemanfaatan orang yang diasuhnya serta membimbing mereka untuk bisa mengambil keputusan—sebagai pemimpin— tentang nilai-nilai baru yang dipandang akan lebih mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan.

Oleh karena itu, kita tidak perlu heran bila di pesantren lebih senang menggunakan kata pengasuh dibanding kata-kata lain, misal pemimpin, pengurus atau ketua. Kenapa? bisa jadi salah satu faktor penyebabnya adalah karena ada keinginan dari para kiyai dan asatiz untuk merawat, mendidik dan membimbing santrinya sehingga bisa merawat nilai-nilai lama yang baik dan berani mengambil keputusan untuk mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik.

Salah satu nilai-nilai lama yang senantiasa dijaga — dan saya kira harus selalu dijaga— adalah menjaga kesambungan sanad keilmuan dalam mempelajari ilmu keislaman. Nilai yang saat ini—maaf bila saya katakan—kurang dihiraukan dan diperhatikan oleh generasi millenial saat ini dalam mempelajari ilmu keislaman sehingga mereka mengambil ilmu keislaman dari orang yang secara kompetensi keilmuan belum pantas dan belum saatnya untuk dijadikan rujukan ilmu agama. Bahkan terkadang yang lebih menyedihkan, dengan alasan praktis dan efisien, tidak sedikit yang langsung mempelajarinya dari buku-buku keagamaan. Padahal belajar agama tanpa dibimbing ustaz sangat rawan dan berpotensi untuk gagal paham dalil agama sehingga mudah tertipu ajaran yang tidak sohih bahkan sesat.

Sebagai misal bagaimana seseorang bisa melaksanakan ibadah solat yang benar bila langsung membaca buku tanpa adanya bimbingan ustaz, terlebih Rasul SAW bersabda : “Solatlah seperti engkau melihat aku solat.” Supaya solat kita benar sesuai tuntunan maka kita butuh bimbingan dari ustaz yang mana ustaz inipun dibimbing oleh ustaz sebelumnya dan ustaz sebelumnya sehingga sanad ilmunya sampai ke Rasul SAW.

Page 1 of 2
12Next
Tags: AsuhKeilmuan IslamMengasuhRenunganSanad
Previous Post

Saleh Duniawi dan Saleh Ukhrowi

Next Post

Hikmah Idul Adha: Membentuk Manusia yang Baik

Ahmad Rusdi

Ahmad Rusdi

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali
Kolom

Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali

18/06/2024
abdullah annaim
Biografi

“Negara Sekuler” ala Abdullahi An-Naim: Negosiasi Agama dan Negara Melawan Konservatisme

27/04/2024
Next Post
Kiat Meraih Surga Bersama Keluarga: Bersyukur Kepada Allah

Hikmah Idul Adha: Membentuk Manusia yang Baik

Refleksi Idul Adha Dan Kurban

Refleksi Idul Adha dan Kurban

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.