Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
NU dan Muhammadiyah Pengawal Empat Pilar Kebangsaan

NU dan Muhammadiyah Pengawal Empat Pilar Kebangsaan

NU dan Muhammadiyah Pengawal Empat Pilar Kebangsaan

Nusul Akbar by Nusul Akbar
18/04/2022
in Kolom, Populer, Tajuk Utama
13 1
0
14
SHARES
283
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Baca Juga: Keragaman dan Daya Hidup NU 

Melihat fenomena tersebut NU dan Muhammadiyah yang merupakan dua  organisasi Islam terbesar di Indonesia sangat dibutuhkan bangsa untuk mengawal perjalanan  masyarakatnya. Dua organisasi Islam tersebut merupakan organisasi yang telah terbukti  eksistensinya di Indonesia, dengan sikap toleran yang diusung saat menerima kemajemukan  yang terjadi di Indonesia, mereka menjadikan bangsa ini rukun dan tentram. Selain itu dengan  tetap menjaga empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan  NKRI selayaknya mereka mampu mewujudkan kenyamanan dan stabilitas bangsa di atas  kemajemukan yang terjadi dalam masyarakat. 

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Terjadinya pertarungan dalam wacana dan aksi Islam Indonesia telah nampak sekali  pada akhir-akhir ini. Perkembangan wacana keislaman sejak 1970-an hingga sekarang terus  terjadi dan menemukan puncaknya. Sejak isu Sekularisasi Islamnya Islam nya Nurcholis Majid, Pribumisasi Islam yang dikemukakan Abdurrahman Wahid pada tahun 1980-an,  Rasionalisasi Islam yang dilayangkan Harun Nasution, Transformasi Islam yang digagas  Moeslim Abdurrahman juga pada tahun 1980-an, hingga Islam Inklusif-Pluralis yang digagas  kelompok Paramadina pada tahun 1990-an. hingga kini terus berjalan gagasan keIslaman yang  tiada henti. Sejak reformasi digulirkan 1998 muncul berbagai gerakan keagamaan kontemporer  yang memiliki afiliasi dengan gerakan keagamaan-keagamaan lama. Mereka muncul ke  permukaan dengan membawa misi tujuan dan model gerakannya masing-masing. 

Seperti yang telah diungkapkan di awal, abad ke-21 ini Indonesia mengalami  polarisasi Islam, puritan dan moderat. Dari kedua polarisasi tersebut penulis mengutip pendapat Zuly Qodir yang melakukan penekanan kembali tentang fenomena Islam yang  tengah terjadi di Indonesia sebagai berikut: 

  1. Reforming Islam (Reformasi Islam). Pembaruan pemikiran Islam Indonesia yang  ditandai dengan akal sebagai salah satu jalan penerjemahan Islam. Islam dilihat sebagai  sesuatu yang aktual dan dinamis karena nya perubahan pemikiran Islam mesti  dilakukan terus menerus. Pekerja reformasi Islam dilakukan oleh tokoh-tokoh  intelektual Muslim seperti Nurcholis Majid dkk. 
  2. Retraditionalizing Islam atau populer dengan sebutan Islam pribumi yang dikemukakan  oleh Abdurrahman Wahid. Dalam pandangan kelompok Islam ini, budaya sebenarnya  tidak sepenuhnya memberikan warna yang jelek atas agama Islam di Indonesia. Sebab  seperti dakwah para wali juga menggunakan jalan budaya. 
  3. Politizing Islam (Politisasi Islam). Kelompok Islam ini merupakan kelompok islam  yang memiliki ideologi pragmatis yakni kekuasaan politik sebagai tujuan akhirnya.
  4. Bouergeusing Islam (Borjuasi Islam). Lazim disebut sebagai semacam eskapisme Islam dalam bentuk Sufisme perkataan. Seperti dalam kegiatan-kegiatan Zikir bersama  ustadz-ustadz musiman yang sedang sangat kondang.
  5. Progressive muslim. Kelompok Islam ini merupakan kelompok Islam yang memiliki  komitmen kuat pada perubahan sosial masyarakat secara mendasar seperti melakukan  aktivitas sosial kemasyarakatan dalam kerangka Transformasi masyarakat. Masalah – masalah kemanusiaan menjadi titik tolak gerakan kelompok ini. 
  6. Moderat Islam (Islam toleran). Kelompok ini sebenarnya di Indonesia merupakan  kelompok dominan, tetapi oleh kelompok radikal sering dikatakan sebagai kelompok  “Islam banci” sebab tidak memiliki ketegasan tatkala berhadapan dengan orang yang  beragama lain. Kelompok Islam toleran ini biasa di rujukan kepada dua pengikut  organisasi Islam terbesar di Indonesia NU dan Muhammadiyah. 
  7. Radical Islam (Islam militan). Serba litterlijk dalam memahami kitab Suci atau Wahyu  Tuhan, sehingga mengharamkan hermeneutic, pluralisme, dan sekularisme Islam. Islam  adalah agama yang sudah sempurna maka tidak perlu ditafsirkan macam-macam  tinggal diyakini dan kemudian melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi segala  larangan nya. 

Sejak tahun 1970-an puluhan gerakan pemikiran Islam telah muncul dan marak di tanah air dengan varian nya masing-masing. Pijakan mereka adalah merumuskan kembali  Islam agar sesuai dengan kondisi riil masyarakatnya, sehingga islam mampu menjawab atau merespon masalah keumatan yang muncul. Secara garis besar, gerakan pemikiran keislaman  tersebut terbagi menjadi 2 varian yaitu puritan dan moderat. Indonesia sebagai negara yang  Multikultur, multi-agama maka Islam yang toleran lah yang seharusnya menjadi ciri khas  utamanya, sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh dua ormas mainstream di Indonesia yaitu NU dan Muhammadiyah 

Orang boleh saja memiliki interpretasi yang beraneka dan merugikan tentang visi dan misi historis motivasi lahirnya dua organisasi ini, tetapi perlu diingat bahwa dua organisasi  ini telah berkiprah hampir satu abad di Indonesia yang hasilnya bisa dilihat sampai saat ini.  Hampir tidak bisa ditemukan di belahan dunia Islam lain, organisasi Islam yang bisa bertahan  dan berkembang demikian mengesankan selama satu abad. Kolaborasi NU – Muhammadiyah di  abad 21 ini bukanlah impian jika dilandasi dengan hubungan empati; satu Aswaja dan satu umat dengan berbagai permasalahan nya. Oleh karena itu, tepatlah kiranya bila kita menyimpulkan bahwa ormas Islam yang ber-“hak” berkembang, sebagai teladan yang layak  mendapatkan tempat di Indonesia adalah NU dan Muhammadiyah dengan jargon Islam tolerannya.

Baca Juga: Kesuksesan Muhammadiyah yang Perlu Ditiru oleh NU

Page 2 of 2
Prev12
Tags: 4 Pilar KebangsaanIslam ModeratIslam ToleranModeratMuhammadiyahNahdhatul Ulamanahdlatul ulamatoleransi
Previous Post

Menitik Berat Kaum Millenial: Agen Moderasi Beragama di Nusantara

Next Post

Toleransi dan Kebersamaan Masyarakat Singkawang Timur

Nusul Akbar

Nusul Akbar

Universitas Gadjah Mada

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
Next Post
Toleransi dan Kebersamaan Masyarakat Singkawang Timur

Toleransi dan Kebersamaan Masyarakat Singkawang Timur

Anak Muda Media Sosial dan Moderasi Beragama

Anak Muda, Media Sosial dan Moderasi Beragama

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.