Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup
Perempuan Kebaya dan Emansipasi

Perempuan Kebaya dan Emansipasi

Perempuan, Kebaya, dan Emansipasi

Setyaningsih by Setyaningsih
22/05/2022
in Gaya Hidup, Tajuk Utama
7 0
0
7
SHARES
145
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Melalui Kongres Berkebaya Nasional (KBN) yang digelar secara virtual oleh Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) pada 5-6 April 2021, dimantapkan langkah untuk mendaftarkan kebaya sebagai warisan tak benda ke UNESCO sekaligus mengupayakan kelahiran Hari Berkebaya Nasional (Kompas, 25 April 2021). PBI memilih kebaya kutubaru atau kebaya kartini karena sangat khas Indonesia. 

Bukan asal memilih waktu KBN mengupayakan dua hal penting ini. Di bulan April, Indonesia menghormati Kartini. Para perempuan terutama, semakin memuja dan memaknai kebaya. Kebaya panjang Kartini adalah cikal bakal kebaya Indonesia yang kini jadi busana nasional. Kebaya bukan soal jenis busana. Kebaya adalah baju identitas, baju pemikiran yang membalut juang di pergerakan kebangsaan yang cenderung maskulin. Dalam surat-surat, Kartini kentara menggugat tentang tubuh perempuan. Kebebasan tubuh adalah permulaan kebebasan pikir meski tidak diiringi kebebasan berbusana. Kartini menyadari, kebaya yang kini tengah dirayakan sebagai kekayaan nasional, bukanlah busana yang fleksibel nan membebaskan. 

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Kartini pernah mengeluh dengan gemas lewat surat yang ditujukan pada E.H. Zehandelaar (18 Agustus 1899), “Kalau anak perempuan berjalan, maka ia harus melakukannya dengan perlahan-lahan. Dengan langkah pendek-pendek dan sopan, aduh perlahan-lahan sekali seperti siput. Kalau ia berjalan lebih cepat, maka ia dicaci maki diibaratkan kuda berlari” (Sulastin Sutrisno, 2014). Kita membayangkan Kartini mengenakan kebaya, bahkan jadi pakem jika kita mendapati kebanyakan foto Kartini. 

Namun, Kartini tak mau terpakem para sistem yang menjadikan perempuan tidak boleh bersekolah, membaca, menulis, atau belajar bahasa. Kebaya memang dilekatkan pada tubuh perempuan untuk menjaga kesantunan dan mengontrol gerak tubuh, tapi emansipasi adalah keniscayaan tanpa harus melepas identitas kejawaan yang turut ditentukan oleh busana. Kartini tetap modern secara intelektualitas meski tidak berbaju rok atau terusan ala Eropa.    

Nafas kejawaan dan keinginan bebas dalam kebaya juga dinarasikan oleh Hanna Rambe dalam novel Mirah dari Banda (2010). Mirah bukan seorang terpelajar, ‘hanya’ seorang buruh perek (perkebunan) pala di Bandaneira. Mirah cerminan perempuan Jawa yang paling tabah menerima nasib. Namun, ketabahan Mirah justru berarti perlawanan saat kebaya harus diganti oleh busana ala Barat karena status sebagai nyai atau gundik tuan Belanda.  

Mirah merasakan segan. Ada pernyataan yang begitu dramatis, sendu, nelangsa sekaligus legowo, “hanya kain dan kebayalah pakaian yang saya kenal sepanjang hidup saya. Dengan pakaian ini saya meninggalkan masa kanak-kanak, melewatinya bersama semua orang bernasib malang di perek Ulupitu. bagaimana saya harus melepaskannya? Saya tak pernah memakai rok, dan takut sekali ditertawakan atau dituduh meniru-niru perempuan Belanda di Neira.” Kebaya menafsirkan diri agar tidak hilang dalam lintasan sejarah yang sering buram dan tidak adil.. Mirah tidak butuh pernyataan sok idealis buat bertahan dalam kebaya sebagai kesejatian.

Page 1 of 2
12Next
Tags: EmansipasiKartiniKebayaMuslimahnasionalismeNilai ReligiusPerempuanReligiositas
Previous Post

Sufi untuk Deradikalisasi 

Next Post

Konflik Intern dan Ekstern Umat Beragama Perspektif Masykuri Abdillah (2)

Setyaningsih

Setyaningsih

Terkadang menonton drama Korea. Pekerja buku di Penerbit Babon, Boyolali. Menulis esai dan cerita anak. Buku yang pernah diterbitkan, di antaranya kumpulan esai Kitab Cerita 2 (2021) dan Kaum Novel (2020). Domisili di Boyolali, Jawa Tengah. Bisa dihubungi di IG @langitabjad

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Edisi September 2
Bulletin Islamina

Maulid dan Budaya Populer

20/09/2024
Edisi September 1
Bulletin Islamina

Menerka Misi Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

05/09/2024
Next Post
Konflik Intern dan Ekstern Umat Beragama Perspektif Masykuri Abdillah 2

Konflik Intern dan Ekstern Umat Beragama Perspektif Masykuri Abdillah (2)

Pesantren Sepakbola dan Ajaran Toleransi Antar Agama

Pesantren, Sepakbola, dan Ajaran Toleransi Antar Agama

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.