Pertama dapat dilihat di ayat sebelumnya, yaitu ayat 101, ketika Allah memberikan kabar gembira dengan anugerah seorang anak yang sangat sabar. Di sana untuk menunjuk sifat sabar digunakan kata halim. Sedangkan di ayat setelahnya, yaitu ayat 102, ketika Ismail merespon perintah ayahnya, digunakan kata shabirin.
Di sinilah para ulama Bahasa mulai mencari titik bijaknya yang bisa jadi merupakan rahasia besar Al-Qur’an. Karena tidak mungkin Al-Qur’an tanpa sengaja menggunakan redaksi berbeda untuk satu kisah yang sama. Para ulama Ulumul Quran seperti Manna’ Khalil dan al-Suyuthi sangat menaruh perhatian dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut untuk dicarikan makna besarnya.
Tentu makna besar yang dikehendaki tersebut selaras dengan prinsip para ulama belakangan terkait orientasi Al-Qur’an sebagai hudan, petunjuk bagi manusia. Adapun terkait dengan rahasia digantikannya Ismail dengan kambing, ini mengisaratkan sebagai balasan atas kesabaran yang ada di dalam diri Ismail maupun Ibrahim.
Karena dua-duanya menyandang gelar sebagai halim. Sedangkan Ibrahim dilukiskan dalam Al-Qur’an sebagai seorang Nabi yang banyak mengeluarkan permintaan kepada Allah. Mulai dari mencari Tuhan, hingga ia minta kepada Allah agar namanya terus dikenang dan dari keturunannya ada manusia yang terpilih.
Di era Pandemi seperti ini, meneladani kesabaran itu sangat dibutuhkan. Karena Nabi sendiri mengatakan bahwa ketika ada wabah (pandemic) menjadi ujian bagi seluruh orang beriman. Bagi mereka yang wafat berpahala syahid dan mereka yang bersabar akan menjadi rahmat.
Sabar sembari berusaha sekuat tenaga untuk tetap bisa bertahan, menjaga kehidupan, menjaga kesehatan, memperbanyak zikir kepada Allah, dan upaya-upaya lain untuk menanggulangi menularnya wabah ini.