Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Biografi
Profil Kiai Chusen Jenu, Kiai Wira’i Dari Bumi Wali (2)

Profil Kiai Chusen Jenu, Kiai Wira’i Dari Bumi Wali (2)

Profil Kiai Chusen Jenu, Kiai Wira’i dari Bumi Wali (2)

Abid Muaffan by Abid Muaffan
17/10/2021
in Biografi, Tajuk Utama
24 0
0
24
SHARES
485
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Yusuf Masyhar, Santri Kiai Chusen yang Cemerlang 

Desa Jenu yang terletak di pinggiran pantai utara Jawa, memiliki nilai historitas islamisasi yang kaya. Beberapa sumber juga menyebutkan Desa Jenu pernah disinggahi Syekh Subakir dalam misi “menumbali tanah Jawa”. Adapun sekarang bisa ditemui petilasannya di Desa Tasikharjo.   

Di Jenu, Kiai Chusen mulai membangun rumah untuk tempat tinggal. Selain itu ia juga membangun rumah panggung terbuat dari kayu sebagai tempat mengaji anak-anak sekitarnya. Dari bangunan sederhana ini, Kiai Chusen dengan keistiqomahannya dapat mencetak generasi qur’ani, yang tidak hanya membaca dan menghafal, namun mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari. 

BacaJuga

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Sayang sejuta sayang, rumah panggung yang bersejarah tersebut kini tak bersisa. Hal ini diakibatkan dampak konstruksi perluasan Jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) pada era Gubernur Hindia Belanda, Daendels, yang terbentang dari Anyer sampai Panarukan. 

Salah satu murid Kiai Chusen adalah Kiai Yusuf Masyhar. Seorang pemuda asal Desa Kaliuntu. Jarak Kaliuntu – Jenu tidak begitu jauh. Kiai Yusuf Masyhar merupakan putra ketiga dari pasangan Masyhar dan Masruhan. Kiai Yusuf Masyhar mampu menyelesaikan hafalan Alquran di hadapan Kiai Chusen. Lalu, ia melanjutkan pengembaraan ilmu ke Pesantren Tebuireng, Jombang, yang ketika itu masih diasuh oleh Hadratu as-Syekh KH. Hasyim Asy’ari. 

Selama mondok di Tebuireng, Yusuf muda memiliki keistimewaan diantara para santri lainnya. Ia dianugerahi kemerduan suara dan hafalan Alquran. Sehingga Kiai Hasyim Asy’ari sangat menyayangi Kiai Yusuf. Bahkan, ia diamanahi oleh Kiai Hasyim menjadi imam shalat berjama’ah, khususnya bulan Ramadan.

Dalam perjalanan kehidupannya, santri Tuban ini dijodohkan dengan Nyai Ruqayyah, cucu Kiai Hasyim Asy’ari. Nyai Ruqayyah adalah putri dari KH. Ahmad Baidhowi Asro dan Nyai Hj. Aisyah. Selain perjodohan tersebut, pada tanggal 15 Desember 1971, Kiai Yusuf Masyhar mendirikan Madrasatul Quran sebagai tempat penggemblengan para calon ahli Alquran.

Mendirikan NU Tuban

Tidak hanya mengasuh pesantren, Kiai Chusen juga aktif dalam Nahdlatul Ulama (NU). Menurut beberapa sumber, beliau tercatat sebagai salah satu pendiri NU Tuban pada tahun 1935 M.

Sumber juga menyebutkan bahwa awal berdirinya NU tidak di tengah-tengah kota Tuban, melainkan di Kaliuntu-Jenu. Hal ini disebabkan ulama-ulama Tuban saat itu masih menghormati sosok KH. Murtadlo (Pengasuh PP. Ash-Shomadiyah). Ulama sepuh satu generasi dengan KH. Hasyim Asy’ari ini mempunyai prinsip dakwah Islam yang teguh. Asumsi beliau adalah dakwah Islam tidak harus melalui sebuah organisasi, tetapi cukup lewat pengajian.

Barulah kemudian sekitar tahun 1935, beberapa santri jaringan alumni Tebuireng di Kecamatan Jenu mendirikan NU cabang Jenu. Mengutip dari laman NU Online, muncul anekdot singkatan Jenu adalah dari kalimat “Jelas NU”. 

Baca Juga:
Keragaman dan Daya Hidup NU

Menjadi pengurus di periode awal, Kiai Chusen menjabat sebagai Rais Syuriah, dengan Rais Tanfidziyah-nya adalah Kiai Umar Faruq. Ada beberapa alasan mengapa NU Tuban awal berdiri di Jenu. Pertama, Kecamatan Jenu sudah lama menjadi kawasan santri. Terbukti begitu banyak pesantren yang telah berdiri di wilayah barat Tuban ini. Kedua, hubungan Kiai-Santri yang masih terikat emosional sehingga jaringan alumni merupakan suatu keniscayaan.  

Ada kisah menarik saat beliau menjadi pengurus NU. Ia hampir tidak pernah absen untuk hadir dalam perhelatan Muktamar NU. Ia bersama Kiai Dimyati, Kaliuntu, sampai rela berboncengan dengan sepeda ke arena Muktamar. 

Page 1 of 2
12Next
Tags: Biografibiografi ulamaKH. Hasyim AsyariKH. Yusuf MasyharKiai Chusen JenuUlamaUlama nusantara
Previous Post

Profil Kiai Chusen Jenu, Kiai Wira’i dari Bumi Wali (1)

Next Post

Rabiul Awwal, Kontestasi Muslim Post-Tradisional dengan Muslim Modernis

Abid Muaffan

Abid Muaffan

Peneliti Sanad Qira'at Nusantara | Santri Backpacker

RelatedPosts

kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Edisi September 2
Bulletin Islamina

Maulid dan Budaya Populer

20/09/2024
Next Post
Rabiul Awwal, Kontestasi Muslim Post-tradisionalisme Dengan Muslim Modernisme

Rabiul Awwal, Kontestasi Muslim Post-Tradisional dengan Muslim Modernis

Bulletin Jumat Al-Wasathy | Edisi 007

Bulletin Jum'at Al-Wasathy | Edisi 007

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.