Bulan Ramadan adalah bulan mulia, bulan penuh berkah dan ampunan. Bulan Ramadan juga mengajarkan banyak aspek baik spiritual maupun sosial umat Islam sebagai insan yang peka dan empati. Ketika umat saling peduli dan berbagi pasti tidak akan pernah terjadi saling benci dan memusuhi.
Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. KH. Ali M. Abdillah, MA mengungkapkan bahwa bulan Ramadan merupakan media atau momentum guna ‘menggodok’ diri manusia menjadi pribadi yang lebih bertaqwa dan beriman kepada Allah SWT.
“Karena bulan Ramadan ini sejatinya merupakan media bagi penggodok diri bagi umat manusia untuk meleburkan akhlak buruk dalam dirinya,” ujar KH. Ali M. Abdillah, di Jakarta, Rabu (27/4/2022).
Kyai Ali melanjutkan, akhlak buruk dalam diri manusia yang seringkali menjerumuskan adalah nafsu Al Ammarah bi suu’, yaitu nafsu yang membawa manusia kepada keburukan dan bersifat destruktif baik kepada dirinya sendiri maupun kepada sekelilingnya. Termasuk juga sikap saling membenci dan saling memusuhi yang justru merusak kondusifitas perdamaian bangsa.
“Nafsu Al- Ammarah inilah yang mengajak manusia untuk membuat kerusakan, destruktif. Sehingga momen Ramadan ini adalah momen bagi kita untuk meluruhkan nafsu tersebut. Karena Al-Ammarah ini membawa kepada sikap membenci kepada sesama. Itulah esensi Ramadan yang seharusnya,” jelas Kaprodi Sejarah Peradaban Islam Pasca Sarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta ini.
Kyai Ali juga mengungkapkan, seringkali umat manusia tidak memahami esensi dari bulan Ramadan dan puasa yang dijalankannya selama satu bulan penuh. Sehingga puasa hanya dianggap sebagai aktifitas tanpa makan dan minum semata.