Islamina.id – Pada musim merebaknya wabah virus Corona ini yang diperlukan adalah pendidikan online, bukan sebatas transfer informasi online. Pertama-tama, tentu saja, pihak-pihak terkait harus bertanggung jawab atas berkurangnya aktivitas pendidikan di sekolah-sekolah dan universitas-universitas pada masa krisis, terutama di masa merebaknya virus Corona seperti sekarang ini.
Ketakutan akan kehilangan tahun ajaran secara penuh sekarang ini, mungkin menjadi alasan utama yang mengharuskan para siswa untuk segera kembali mengisi bangku-bangku sekolah. Tetapi mereka dicegah masuk setelah pintu-pintu sekolah dan universitas ditutup demi memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
Sekarang kita menghadapi kebuntuan lain, yaitu bagaimana cara menyelamatkan sisa tahun ajaran dan apa yang mungkin bisa dilakukan agar para siswa tetap dapat berkomunikasi dengan para guru untuk menerima informasi dan pelajaran sebanyak mungkin tanpa mengharuskan mereka hadir di kelas-kelas sekolah dan universitas, meskipun mereka terancam kehilangan sebagian besar tahun ajaran.
Tindakan Mendesak yang Bisa Dilakukan
Dahsyatnya gangguan akibat penyebaran virus Corona—yang saat ini mempengaruhi ratusan juta siswa di seluruh dunia—benar-benar merupakan kerugian besar bagi dunia pendidikan dalam sejarah modern. Penutupan sekolah dan kampus selama berhari-hari, berminggu-minggu dan kadang-kadang bahkan berbulan-bulan mungkin memiliki konsekuensi tak terhitung bagi anak-anak, remaja dan masyarakat secara keseluruhan.
Di dunia yang terdampak virus Corona, pemerintah berusaha keras agar anak-anak belajar di rumah. Misalnya, pemerintah Italia telah membuat laman web (webpage) khusus untuk memberi akses para guru ke sarana-sarana diakusi melalui video dan rencana-rencana pelajaran yang tersedia. Sejumlah Stasiun TV di Mongolia menyiarkan pelajaran untuk siswa. Iran telah membuat konten pendidikan internet untuk semua anak secara gratis. UEA juga telah mengumumkan dimulainya pendidikan jarak jauh melalui “Portal Pendidikan Cerdas” untuk semua jenjang pendidikan.
Bahkan saat ini para siswa bisa mengikuti pendidikan jasmani melalui internet. Setidaknya ada satu sekolah di Hong Kong pada hari dan jam tertentu mewajibkan para siswa menggunakan seragam olahraga di rumah masing-masing untuk mengikuti setiap gerakan seorang guru olahraga yang tampak di layar laptop atau HP. Tetapi masalah utamanya terletak pada kecepatan internet yang lambat sehingga mengganggu kegiatan tersebut.
Media-media sosial China memperlihatkan video guru dan siswa yang memanjat atap rumah atau mondar-mandir di luar rumah tetangga untuk mencari sinyal internet yang kuat. Karenanya China kemudian meluncurkan Program Internet Nasional yang didukung 7.000 server untuk menjamin kebutuhan 50 juta siswa sekolah dasar dan menengah tidak terganggu pada saat bersamaan, mencakup puluhan tema dengan 169 pelajaran yang tersedia di minggu pertama dari awal program yang disiarkan melalui satelit ke daerah-daerah terpencil untuk memastikan transmisi tidak terganggu.
Tampaknya satu-satunya cara yang mungkin dapat dilakukan di negeri kita sekarang ini adalah menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan memberikan kuliah-kuliah jarak jauh. Tetapi apakah mungkin tujuan tersebut bisa dicapai dalam situasi: (1). Banyak siswa dan guru tidak memiliki akun email dan media sosial; (2). Internet yang lemah di banyak daerah, dan; (3). Pemadaman listrik yang sering terjadi.