Untuk universitas, integrasi teknologi ke dalam sistem pendidikan adalah prasyarat untuk mengimbangi cepatnya kemajuan teknis melalui portal elektronik, jendela-jendela swalayan, perekaman kuliah secara live, beberapa bentuk pelatihan dan pengajaran interaktif. Tetapi menggantikan kehadiran di kampus untuk mengikuti kuliah, berinteraksi dan berdiskusi langsung dengan dosen, mengunjungi perpustakaan, proses praktikum di laboratorium dan aktivitas akademik lainnya, dengan hanya membagikan tautan di internet akan meniadakan konsep university education dan menghancurkan fondasinya.
Hal-hal yang Perlu Ditekankan dalam Pendidikan Online
Pendidikan jarak jauh, meskipun penting, tidak dapat menggantikan universitas yang proses pendidikannya dibangun berdasarkan interaksi langsung antara mahasiswa dan dosen—karena dosen adalah guru, pendidik, pembimbing sekaligus pelatih. Dan harus diakui bahwa metode pendidikan jarak jauh yang ditawarkan saat ini kurang memadai, sebatas membagikan “tautan” dan “PowerPoint” di internet untuk diunduh oleh mahasiswa sebagai alternatif bagi aktivitas pendidikan dan pelatihan di universitas.
Harus ditekankan bahwa yang diperlukan adalah pendidikan online, bukan sebatas transfer informasi online. Dalam hal ini, ukuran keberhasilan atau kegagalan dari proses tersebut adalah: apakah pendidikan elektronik bisa memberikan bagi para siswa lebih banyak dari apa yang tersedia baginya dari sekedar lembaran-lembaran kertas? Apakah dapat memberi mereka banyak kesempatan untuk bergaul dan interaksi secara langsung dengan guru? Apakah dapat membantu menciptakan lingkungan interaktif melalui teknologi elektronik dan menyediakan beragam sumber informasi dan pengetahuan? Apakah dapat mendukung proses komunikasi antara siswa dan guru? Apakah guru memiliki keterampilan teknis untuk menggunakan perangkat modern dan teknologi elektronik yang membantu dalam pembelajaran kelompok dan belajar mandiri? Apakah dapat membantu memperluas lingkaran komunikasi siswa melalui jaringan komunikasi global dan lokal dan tidak bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan?
Dan yang membuat khawatir, sebagaimana yang terlihat di negara kita, pendidikan elektronik atau pendidikan jarak jauh hanya dimaknai sebagai pemberian “tautan” dan “PowerPoint” kepada siswa, tidak benar-benar mengimplementasikan program pendidikan dengan menggunakan platform pendidikan online sebagaimana telah diterapkan di sejumlah negara di dunia yang menghentikan seluruh kegiatan belajar-mengajar di sekolah dan universitas di musim Corona ini.
Karena itu, yang perlu dilakukan sekarang jika kita benar-benar ingin menggunakan teknologi pendidikan jarak jauh adalah: (1). Memungkinkan semua guru untuk menggunakan teknologi program pendidikan online dan menyediakan layanan pengajaran langsung; (2). Menyiarkan tema-tema pelajaran pada saluran televisi khusus; (3). Mendukung sistem dasar internet dan memungkinkan penggunaannya oleh seluruh siswa dan penggunaan siaran melalui satelit; (4). Menyediakan internet gratis untuk seluruh siswa, dan; (5). Hal yang lebih penting, menggunakan teknologi pendidikan tinggi “MOX” untuk meluncurkan kurikulum-kurikulum pendidikan melalui platform lokal atau bahkan platform global seperti platform Uni Eropa dan platform Inggris: https://openupresources.org atau https://www.futurelearn.com
Dengan cara ini mungkin kurikulumnya bisa berisi video-video ringkas dari setiap kuliah, file-file materi kuliah yang sudah terjadwal, tautan-tautan video praktikum di laboratorium, jawaban atas berbagai pertanyaan, keterangan mengenai setiap mahasiswa, file khusus soal-soal ujian, penilaian, dan pengumuman hasil ujian.
Kita kagum kepada sekolah dan universitas di sejumlah negara maju yang telah memiliki peralatan teknologi informasi dan komunikasi serta memungkinkan para guru menggunakan sistem pembelajaran seperti Moodle dan Google Classroom. Dan kita terkejut bahwa hari ini, di saat virus Corona sedang mewabah, sangat sedikit orang yang benar-benar mengetahui penggunaannya dan jarang pula orang yang menggunakannya.
Hari ini, tanpa pelatihan atau pengetahuan sebelumnya, para guru dan siswa dipaksa menerapkan teknologi pendidikan jarak jauh dalam skala besar, seolah-olah teknologi ini hanya berupa email atau WhatsApp yang dapat langsung digunakan untuk mengirimkan tugas-tugas, kewajiban-kewajiban belajar, serta sharing antara guru dan siswa di dalam sebuah grup.[]