Perayaan Maulid Nabi SAW, meskipun tidak dimulai sejak zaman para sahabat, telah menjadi bagian penting dari kehidupan umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Nusantara. Asal-usul peringatan Maulid Nabi ini memiliki beberapa versi dalam catatan sejarah. Menurut Al-Sakhawi (w. 902 H), perayaan pertama kali dilakukan oleh Khalifah Mu’iz li Dinillah dari Dinasti Fathimiyyah di Mesir pada tahun 341 H. Namun, ahli sejarah lainnya seperti Ibn Katsir, Ibn Khallikan, dan Al-Suyuthi menyebutkan bahwa peringatan Maulid Nabi diadakan pertama kali oleh Raja Irbil, Muzhaffaruddin al-Kaukabri, pada abad ke-7 Hijriah.
Ibnu Katsir, dalam karyanya Tarikh, menyebut bahwa Sultan Muzhaffar menyelenggarakan perayaan Maulid Nabi dengan sangat meriah pada bulan Rabiul Awal. Beliau dikenal sebagai penguasa yang alim, adil, dan pemberani. Namun, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang pertama kali memprakarsai perayaan Maulid Nabi, dengan tujuan untuk membangkitkan semangat jihad kaum Muslimin selama Perang Salib melalui kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW.
Meskipun ada perbedaan pendapat di antara para sejarawan mengenai siapa yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi, satu hal yang pasti adalah bahwa perayaan ini mencerminkan betapa dalamnya kecintaan kaum Muslimin kepada Rasulullah SAW. Hingga kini, meskipun masih ada kelompok yang menganggap peringatan Maulid Nabi sebagai bid’ah, banyak ulama terkemuka yang mengakui bahwa perayaan ini adalah hal yang baik dan penuh berkah.
Peran Wali Songo dan Maulid di Nusantara
Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi sudah menjadi tradisi yang melekat kuat di berbagai lapisan masyarakat. Tidak hanya di masjid-masjid besar di kota-kota, tetapi juga di musholla-musholla kecil di pedesaan, peringatan Maulid Nabi dilakukan secara rutin setiap tahun. Perayaan ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah SAW, tetapi juga sebagai ekspresi kegembiraan masyarakat terhadap kelahiran Nabi.
Menurut beberapa sumber, Wali Songo adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan perayaan Maulid Nabi di Nusantara pada tahun 1404 M. Bagi Wali Songo, perayaan Maulid adalah sarana dakwah yang efektif untuk menarik minat masyarakat terhadap Islam. Perayaan ini disebut juga dengan “Perayaan Syahadatain” atau “Sekaten,” yang menjadi ajang bagi masyarakat untuk berkumpul, berinteraksi, dan mengenal ajaran Islam lebih dekat.