Sebab, Walisongo yang saat itu tidak dikenal dan tidak memperkenalkan diri sebagai dzurriyah Nabi saja bisa membawa orang-orang Nusantara ke dalam Islam secara massal (يدخلون فى دين الله افواجا).
Dibanding era Walisongo, meminjam bahasa Allah yarham KH Sofyan Miftahul Arifin (Situbondo)– “perkakas Islam” hari ini dalam kondisi sangat baik. Kita memiliki puluhan ribu pondok pesantren dan jutaan para kiai dan ustadz yang menyebar di berbagai pelosok tanah air.
Dalam kondisi demikian, maka “mencemaskan” pemurtadan massal adalah kecemasan yang tak beralasan. Karena itu, tak diperlukan.
Dengan dua penjelasan tersebut, mahasiswa tadi diam. Saya tidak tahu, apakah diamnya yang bersangkutan menunjukkan persetujuan dan kepuasaan atau masih mengkhawatirkan pemurtadan. Wallahu a’lam bis shawab.
Senin, 8 Mei 2023
Salam,