Puasa merupakan salah satu ibadah yang istimewa. Tidak hanya di dalam Islam, ternyata terdapat ragam puasa dalam tradisi berbagai agama yang ada di Indonesia. Puasa dalam tradisi berbagai agama memiliki karakteristik dan penamaan yang beragam.
Dalam Islam, puasa berasal dari kata dalam Bahasa Arab yakni “Shoum” atau “Shaum” yang bermakna menahan diri dari sesuatu. Dalam konteks Indonesia, ada yang mengatakan puasa berasal dari kata dalam Bahasa Sanskerta “Upavasa” atau “Upawasa” yang bermakna mendekatkan diri kepada Tuhan. Istilah ini banyak di pakai oleh umat Hindu untuk menyebut puasa mereka.
Dari dua pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa puasa adalah ajaran spiritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan menahan diri dari makan, minum, dan berbuat hal-hal yang dilarang dalam aturan agama selama periode tertentu.
Namun puasa itu ada di dalam agama-agama selain Islam. Mereka menerapkan puasa dalam ritual agamanya, berikut penjelasan tentang puasa dalam tradisi berbagai agama di Indonesia.
Islam
Dalam Islam, puasa merupakan salah satu ibadah yang mulia, terutama di bulan Ramadhan. Selain di bulan suci itu, dalam Islam juga dikenal puasa sunnah seperti puasa di hari Senin dan Kamis, Ayyamul Bidh pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya, puasa Daud dan lain sebagainya.
Puasa bermakna menahan diri untuk tidak makan dan minum serta tidak berbuat maksiat sejak fajar hingga terbenamnya matahari. Sehingga umat Islam tidak makan dan minum sejak kisaran 10-15 menit sebelum adzan Subuh hingga 5-10 menit sebelum adzan Maghrib.
Anjuran berpuasa termaktub dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183 yang berarti, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa,”
Selain itu, dalam sebuah Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim disebut, “Dari Thalhah bin Ubaidillah RA, bahwa seseorang datang kepada Nabi SAW dan bertanya: “Ya Rasulallah, katakan kepadaku apa yang Allah wajibkan kepadaku tentang puasa?” Rasulullah menjawab, “Puasa Ramadhan”. (Orang itu kembali bertanya) “Apakah ada lagi selain itu?”. Beliau menjawab, “Tidak, kecuali puasa Sunnah”.
Hindu
Puasa dalam Hindu bukanlah menahan diri dari makan dan minum seperti halnya dalam Islam. Puasa dalam ajaran Hindu adalah untuk mengendalikan nafsu Indria, yakni keinginan tanpa batas.
Nafsu indria muncul sebagai dampak hubungan antara manusia dengan alam material, yang ditutupi oleh hawa nafsu. Inilah ajaran yang ditekankan dalam agama Hindu, yakni melenyapkan hawa nafsu. Meskipun sebenarnya hawa nafsu tidak bisa dilenyapkan, melainkan diminimalisir atau dialihkan.
Dalam Kitab Bhagavad Gita (Bg) bab 3 Karma-Yoga, Sloka 40 disebutkan bahwa, “Indera-Indera, pikiran dan kecerdasan adalah tempat duduk hawa nafsu tersebut. Melalui indera-indera, pikiran dan kecerdasan hawa nafsu menutupi pengetahuan sejati makhluk hidup dan membingungkannya”.
Ajaran puasa wajib dalam agama Hindu sendiri ada 4, yakni:
Upawasa Siwaratri, dilaksanakan setiap Panglong Ping 14 Tilem Kapitu. Puasa ini menekankan pada pelaksanaan brata dan tapa. Mereka melaksanakan sembahyang pada pagi hari kemudian melaksanakan Monabrata (tidak berbicara) selama 12 jam, Upawasa (tidak makan dan minum) selama 24 jam, serta Mejagra (tidak tidur) selama 36 jam.
Nyepi, yang kita kenal sebagai hari raya penanggalan baru bagi umat Hindu. Dalam pelaksanaannya, masyarakat Hindu di Bali khususnya melaksanakan ngembak gni alias tidak makan dan minum sejak fajar hari hingga fajar keesokan harinya alias 24 jam, mereka juga tidak bekerja atau melaksanakan aktivitas seperti biasa, serta tidak menyalakan cahaya baik itu ponsel, lampu, api, lilin, maupun yang lain.
Purnama dan tilem, puasa yang dilakukan dengan tidak makan dan minum selama 24 jam di hari-hari tertentu.