Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup
puasa agama lain

Tak Hanya Islam, Umat Agama Lain Juga Puasa

Tak Hanya Islam, Umat Agama Lain Juga Puasa

Vinanda Febriani by Vinanda Febriani
09/04/2022
in Gaya Hidup, Tajuk Utama
9 0
0
8
SHARES
157
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Puasa merupakan salah satu ibadah yang istimewa. Tidak hanya di dalam Islam, ternyata terdapat ragam puasa dalam tradisi berbagai agama yang ada di Indonesia. Puasa dalam tradisi berbagai agama memiliki karakteristik dan penamaan yang beragam. 

Dalam Islam, puasa berasal dari kata dalam Bahasa Arab yakni “Shoum” atau “Shaum” yang bermakna menahan diri dari sesuatu.  Dalam konteks Indonesia, ada yang mengatakan puasa berasal dari kata dalam Bahasa Sanskerta “Upavasa” atau “Upawasa” yang bermakna mendekatkan diri kepada Tuhan. Istilah ini banyak di pakai oleh umat Hindu untuk menyebut puasa mereka.

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Dari dua pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa puasa adalah ajaran spiritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan menahan diri dari makan, minum, dan berbuat hal-hal yang dilarang dalam aturan agama selama periode tertentu. 

Namun puasa itu ada di dalam agama-agama selain Islam. Mereka menerapkan puasa dalam ritual agamanya, berikut penjelasan tentang puasa dalam tradisi berbagai agama di Indonesia.

Islam

Dalam Islam, puasa merupakan salah satu ibadah yang mulia, terutama di bulan Ramadhan. Selain di bulan suci itu, dalam Islam juga dikenal puasa sunnah seperti puasa di hari Senin dan Kamis, Ayyamul Bidh pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya, puasa Daud dan lain sebagainya.

Puasa bermakna menahan diri untuk tidak makan dan minum serta tidak berbuat maksiat sejak fajar hingga terbenamnya matahari. Sehingga umat Islam tidak makan dan minum sejak kisaran 10-15 menit sebelum adzan Subuh hingga 5-10 menit sebelum adzan Maghrib.

Anjuran berpuasa termaktub dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183 yang berarti, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa,”

Selain itu, dalam sebuah Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim disebut, “Dari Thalhah bin Ubaidillah RA, bahwa seseorang datang kepada Nabi SAW dan bertanya: “Ya Rasulallah, katakan kepadaku apa yang Allah wajibkan kepadaku tentang puasa?” Rasulullah menjawab, “Puasa Ramadhan”. (Orang itu kembali bertanya) “Apakah ada lagi selain itu?”. Beliau menjawab, “Tidak, kecuali puasa Sunnah”.

Hindu

Puasa dalam Hindu bukanlah menahan diri dari makan dan minum seperti halnya dalam Islam. Puasa dalam ajaran Hindu adalah untuk mengendalikan nafsu Indria, yakni keinginan tanpa batas.

Nafsu indria muncul sebagai dampak hubungan antara manusia dengan alam material, yang ditutupi oleh hawa nafsu. Inilah ajaran yang ditekankan dalam agama Hindu, yakni melenyapkan hawa nafsu. Meskipun sebenarnya hawa nafsu tidak bisa dilenyapkan, melainkan diminimalisir atau dialihkan.

Dalam Kitab Bhagavad Gita (Bg) bab 3 Karma-Yoga, Sloka 40 disebutkan bahwa, “Indera-Indera, pikiran dan kecerdasan adalah tempat duduk hawa nafsu tersebut. Melalui indera-indera, pikiran dan kecerdasan hawa nafsu menutupi pengetahuan sejati makhluk hidup dan membingungkannya”.

Ajaran puasa wajib dalam agama Hindu sendiri ada 4, yakni:

Upawasa Siwaratri, dilaksanakan setiap Panglong Ping 14 Tilem Kapitu. Puasa ini menekankan pada pelaksanaan brata dan tapa. Mereka melaksanakan sembahyang pada pagi hari kemudian melaksanakan Monabrata (tidak berbicara) selama 12 jam, Upawasa (tidak makan dan minum) selama 24 jam, serta Mejagra (tidak tidur) selama 36 jam.

Nyepi, yang kita kenal sebagai hari raya penanggalan baru bagi umat Hindu. Dalam pelaksanaannya, masyarakat Hindu di Bali khususnya melaksanakan ngembak gni alias tidak makan dan minum sejak fajar hari hingga fajar keesokan harinya alias 24 jam, mereka juga tidak bekerja atau melaksanakan aktivitas seperti biasa, serta tidak menyalakan cahaya baik itu ponsel, lampu, api, lilin, maupun yang lain.

Purnama dan tilem, puasa yang dilakukan dengan tidak makan dan minum selama 24 jam di hari-hari tertentu.

Page 1 of 2
12Next
Tags: BuddhaHinduKatolikKhonghucuNon muslimNon-MuslimPuasaPuasa Agama Non-MuslimRamadhanTradisi
Previous Post

Menengok Multikulturalisme dan Toleransi di Mandailing Tapanuli

Next Post

Terorisme dan Ancamannya untuk Negara Demokrasi

Vinanda Febriani

Vinanda Febriani

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Edisi September 2
Bulletin Islamina

Maulid dan Budaya Populer

20/09/2024
Edisi September 1
Bulletin Islamina

Menerka Misi Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

05/09/2024
Next Post
Terorisme dan Ancamannya untuk Negara Demokrasi

Terorisme dan Ancamannya untuk Negara Demokrasi

Belajar Tepa Salira dari Kota Kudus

Belajar Tepa Salira dari Kota Kudus

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.