Rasa toleransi dan menghargai perbedaan yang ada di Mandailing Tapanuli, sangat erat terjalin. Mereka menjadikan perbedaan tersebut sebagai ajang mempererat persaudaraan.
Sebagai umat beragama, kita diajarkan untuk menjalin tali silaturahmi antar sesama. Menjadi hal yang wajib membangun kerukunan di lingkup yang beragam. Sebab, kerukunan sebagai kunci dalam membentuk kehidupan yang tenteram dan damai.
Keberagaman atau yang sering disebut sebagai multikulturalisme, adalah semua hal yang berbeda, mencakup segala sesuatu yang melekat pada manusia. Itu sudah bersifat lahiriah. Artinya, sudah menjelma sebagai hal yang mutlak, yang tidak bisa manusia hindari.
Sebagaimana yang ada di Mandailing Tapanuli, Sumatera Utara, kerukunan antar umat beragama sudah mewujud keseharian. Walau memiliki keragaman yang luas, tapi masyarakat Mandailing tetap saling toleran.
Menurut data yang dilansir dari laman web, Persentase pemeluk agama yang ada di wilayah Mandailing Tapanuli adalah sebagai berikut. Islam (96.79%) Kristen Protestan, (3.10%) Katolik (0.11%) dan Buddha (0.006%). Dari data tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa agama yang ada di Mandailing Tapanuli sangat beragam. Tetapi kerukunan tetap terjalin dalam kehidupan mereka. Bahkan dengan keberagaman tersebut dapat menimbulkan kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan mereka. Mereka lebih mengedepankan rasa toleransi dibanding rasa egois. Karena jika lebih mementingkan sifat egois itu, maka kerukunan dan kedamaian itu tidak akan terjalin di dalam kehidupan mereka.
Rasa toleransi menjadi salah satu aspek terbentuknya kerukunan dan kedamaian dalam bermasyarakat, seperti halnya di wilayah Mandailing Tapanuli, kerukunan dan kedamaian tersebut terjalin antar masyarakat, karena adanya rasa toleransi tersebut. Bahkan, di daerah tersebut terdiri dari banyak agama, suku, ras, etnis yang bermacam-macam, tapi tak membuat masyarakat disana menjadikan hal tersebut untuk membangun rasa perbedaan antar mereka yang dapat menimbulkan perpecahan.
Persentase permusuhan dan perpecahan di wilayah Mandailing Tapanuli sangatlah kecil dan sedikit. Karena mereka mengedepankan rasa toleransi yang dapat membangun kerukunan dan kedamaian dalam bermasyarakat. Dengan tidak melihat suku ras, etnis dan agama yang membedakan mereka, karena bagi mereka, hal tersebut bukanlah suatu alasan yang menjadikan mereka merasa paling benar.
Nilai-nilai tersebut dapat tumbuh karena ajaran dari agama dan suku mereka yang mengajarkan tentang kedamaian, persaudaraan dan toleransi yang dapat membangun masyarakat yang makmur serta menciptakan rasa damai dan tenang di dalam kehidupan mereka.