Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup
puasa agama lain

Tak Hanya Islam, Umat Agama Lain Juga Puasa

Tak Hanya Islam, Umat Agama Lain Juga Puasa

Vinanda Febriani by Vinanda Febriani
09/04/2022
in Gaya Hidup, Tajuk Utama
9 0
0
8
SHARES
157
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Puasa Parasara Dharmasastra, yakni puasa selama 3 hari dengan beberapa tingkatan, yakni minum air hangat saja, minum susu hangat saja, dan mentega murni saja tanpa makan dan minum sama sekali.

Adapun landasan teologis pelaksanaan puasa ini ada dalam kitab Bhagavad Gita XVIII.5 yang berbunyi, “Perbuatan korban suci, kedermawanan dan pertapaan tidak boleh ditinggalkan; kegiatan itu harus dilakukan. Roh-roh mulia sekalipun disucikan oleh korban suci, kedermawanan dan pertapaan”.

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Buddha

Dalam Buddha, puasa disebut Uposatha atau hari di mana umat Buddha melakukan pengamatan dan pelatihan 8 aturan moralitas (Uposatha Sila/ Atthasila).

Uposatha dilakukan dengan menghindari 8 hal seperti pembunuhan makhluk hidup, mencuri, menghindari diri dari perilaku tidak suci, berbohong, mabuk, menghindari diri dari hiburan duniawi (musik, pertunjukan, wewangian, kosmetik, dsb), menghindari makan di luar waktu yang ditentukan, dan menghindari menggunakan tempat tidur atau kursi yang tinggi dan mewah (Paritta Suci, Atthanga Sila:59).

Tujuan dari pelaksanaan Uposatha yakni membuat batin menjadi lebih tenang dan terbebas dari penderitaan serta mencapai kebahagiaan sejati.

Protestan dan Katolik

Dalam Protestan, puasa bukanlah hal yang wajib, melainkan anjuran yang baik untuk dilaksanakan. Puasa dalam agama ini disebut berpantang, yakni berpantang makan atau minum hal-hal tertentu, namun mereka masih membolehkan minum.

Sedangkan dalam Katolik, pantang dilakukan sebagai tanda pertobatan dan pengorbanan. Biasanya pantang ini dilaksanakan pada masa prapaskah yang dimulai pada Rabu Abu.

Ada beberapa aturan tertentu yang diterapkan dalam pelaksanaan pantang, di antaranya ialah berusia di atas 14 tahun hingga 60 tahun, hanya diperbolehkan makan sekali saja, pantang makan daging, ikan, garam, rokok, atau makanan dan minuman lain yang disukai.

Anjuran tentang puasa termaktub dalam Injil Matius 6:16-18 yang berbunyi,

“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya dilihat oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Khonghucu

Dalam agama ini puasa disebut Chai, puasa ini dilakukan menjelang sembahyang besar Cing Thien Gong atau pada hari dan bulan tertentu seperti imlek. Pelaksanaannya adalah dengan menghindari memakan daging, tidak minum alkohol, dan memakan bawang putih. 

Ajaran puasa dalam agama ini termaktub dalam Kitab Kesusilaan (Li-Ji) XXII yang berbunyi, “Ketika tiba waktunya menaikkan sembahyang, seorang Susilawan akan bersuci diri dengan cara berpuasa lahir batin.”

Sedangkan dalam Kitab Sishu bab XV:3 disebut bahwa dengan berpuasa, dapat membersihkan hati manusia. Sehingga puasa dalam agama Khonghucu bermakna untuk sarana menyucikan diri dan pelatihan mengendalikan diri.

Nah, itu dia beberapa ajaran tentang puasa dalam tradisi berbagai agama di Indonesia.

Baca Juga: Puasa Waktu Terbaik Reformasi Diri dan Akhlak Untuk Lawan Radikalisme dan Terorisme

Page 2 of 2
Prev12
Tags: BuddhaHinduKatolikKhonghucuNon muslimNon-MuslimPuasaPuasa Agama Non-MuslimRamadhanTradisi
Previous Post

Menengok Multikulturalisme dan Toleransi di Mandailing Tapanuli

Next Post

Terorisme dan Ancamannya untuk Negara Demokrasi

Vinanda Febriani

Vinanda Febriani

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Edisi September 2
Bulletin Islamina

Maulid dan Budaya Populer

20/09/2024
Edisi September 1
Bulletin Islamina

Menerka Misi Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia

05/09/2024
Next Post
Terorisme dan Ancamannya untuk Negara Demokrasi

Terorisme dan Ancamannya untuk Negara Demokrasi

Belajar Tepa Salira dari Kota Kudus

Belajar Tepa Salira dari Kota Kudus

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.