Di kampus Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto Jawa Timur, para mahasiswa yang dalam usia muda itu menata hati dengan cara mengaji kitab al-Hikam karya Syekh Ibnu Athaillah kepada salah seorang dosen. Semula dengan sedikit peserta, berikutnya bertambah dan bertambah. Pak Ustaz mengaji memakai tablet yang di dalamnya ada pdf al-Hikam. Bahkan ditemani kopi, rokok dan gitar. Peserta ada yang membawa kitab, dan ada pula yang cukup membawa HP. Benar-benar kekinian, dan bukti bahwa tasawuf itu untuk semua kalangan.
Tak cukup hanya dengan mengaji, selepasnya, anak-anak muda dari strata satu dan paska ini masih terus mengitari dan berdialog dengan Pak Ustaz yang seorang dosen agama. Ulasan-ulasan mutiara tasawuf itu didekati dan disinergikan dengan filsafat. Kegelisahan para muda itu diwadahi dan diselami pak dosen dengan bijak. Dan dengan mengikuti pengajian tasawuf itu, sebenarnya anak-anak muda itu merindukan kebahagiaan rohani.
Demikianlah, sebenarnya tak kenal tua muda, manusia memang menghajatkan kebahagiaan, dan dengan tasawuf manusia diharapkan berbahagia dalam hidupnya, dengan cara manusia berusaha memperbaiki kualitas dirinya terus menerus. Untuk meraih kebahagiaan dihajatkan akhlak mulia dengan menyeimbangkan dan memoderasi potensi kemanusiaan. Akhlak mulia itu adalah empat potensi daya utama. Ada empat induk keutamaan, yaitu kebijaksanaan (hikmah), keberanian (syaja’ah), pemeliharaan diri (‘iffah), dan keseimbangan (‘adalah).
Bersambung