Sikap saya yang tegas soal Palestina ini tampaknya mengagetkan sejumlah kalangan. Pertama, kalangan yang untuk mudahnya saja saya sebut “Islam kanan.” Mereka kaget, kok bisa seorang muslim yang selama ini disebut “liberal” bersikap tegas terhadap Israel. Orang-orang ini tampaknya tidak tahu, semua pemikir muslim liberal dan progresif, baik di Indonesia atau di dunia, membela Palestina. Gus Dur membela Palestina, dan menggagas Malam Puisi Palestina di TIM Jakarta pada tahun 80an. Cak Nur membela Palestina. Buya Syafii Maarif membela Palestina, etc. etc.
Kelompok kedua yang kaget adalah SEBAGIAN (dan ini pun tidak banyak) teman-teman di luar Islam. Saya tak mau menyebut mereka secara spesifik, tetapi saya tahu. Kelompok ini tampaknya akan gembira sekali jika saya mengkritik sesama golongan dalam Islam, seperti salafi, wahabi, HTI, ISIS, dll. Mereka tampaknya ingin agar saya fokus saja pada pembicaraan yang mengarah kepada kritik atas “(kelompok) Islam.” Mereka tidak suka jika saya mengkritik Israel.
Sikap mereka ini agak mirip dengan sebagian kalangan yang belakangan sering disebut “new atheists” yang memiliki trauma pada agama, terutama Islam. Kelompok terakhir ini (tidak semua, hanya sebagian saja) juga sama: lebih suka mendengar intelektual muslim melontarkan kritik atas (wacana tentang) Islam. Tetapi mereka tidak suka jika intelektual muslim itu mengkritik Israel. Sebab, entah karena apa, mereka ini menjadi “apologet-apologet” atau pembela Israel.
Karena sikap yang tegas soal Palestina ini, saya bahkan dituduh sebagian kalangan sebagai “kadrun.” Bayangkan, betapa salah-kaprahnya label kadrun ini diarahkan secara semena-mena ke semua orang yang berbeda pendapat. Meskipun tertawa-geli dalam hati karena label aneh ini, saya tak bisa menyembunyikan keheranan.
Jika membela Palestina membuat seseorang menjadi kadrun, maka Gus Dur pun kadrun. Cak Nur pun kadrun. Gus Mus juga kadrun. Sebab Gus Mus menjadi inisiator Malam Puisi Palestina pada 2017 di TIM, melanjutkan inisiatif serupa yang digagas Gus Dur sebelumnya. PBNU pun kadrun!
Sekian. Mari ngopi sambil memakai sarung cap tiga huruf!
Baca Juga:
Membaca Tafsir Kezaliman Israel dan Kemenangan Palestina