Ahlussunah wal Jama’ah yang kita anut ini adalah faham keislaman yang dianut mayoritas muslim dunia, termasuk masyarakat Nusantara. Aswaja dalam bentuk yang kita saksikan bersama ini adalah kelanjutan tradisi cara berfikir dan berpraktek yang telah dijalani kaum muslimin dari generasi ke generasi.
Islam adalah agama moderat (proposional), sehingga Ahlussunah wal Jamaah sebagai duta utama Islam tentu berkarakter moderat, dan sebagai agama penuh rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil’alamin), Islam menuntun penganutnya agar bisa senantiasa bersikap proposional atau moderat terhadap siapapun dan apapun. Dalam hal ini, Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) memerankan sebagai penengah, dan pengemban amanah kerahmatan alam. Sehingga di antara praktik bersikap moderat itu adalah tidak melakukan sikap berlebihan atau mudah merespon segala sesuatu dengan sikap negatif destruktif.
Sebagaimana dinyatakan dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim, agama ini mengandung tiga unsur utama, yaitu iman (akidah), Islam (fikih) dan ihsan (tasawuf). Masing-masing unsur ini ketika berdialektika dengan konteks dan zaman melahirkan peradaban ilmu yang berkembang pesat dan dalam, yang terlembagakan dalam mazhab (pijakan ajaran). Masyarakat muslim di Nusantara.
Sejak dahulu hingga kini dikenal mengikuti tiga mazhab, yaitu dalam fikih mengikuti salah satu empat mazhab fikih, terutama Imam Syafi’i (w. 204 H). Dalam aqidah mengikuti Mazhab Imam Abul Hasan al-Asy’ari (w. 324 H) dan Imam Abu Manshur al-Maturidy (w. 333 H). Dalam tasawuf mengikuti Mazhab Imam Junaid al-Baghdadi (w. 297 H), Imam Abu Hamid Al-Ghazali (w. 505 H), dan yang searah. Penulis dalam hal ini menyorot tentang tasawuf.
Dilabeli, disadari ataukah tidak, masing-masing umat Islam sedang dan menuju tasawuf sebagai jalan memperbaiki diri. Karena itu tasawuf tak mengenal usia, tua muda bisa asyik menjumpakan diri dengan-Nya. Para santri muda di pesantren misalnya, jamak diketahui bahwa mereka sedang mempraktikkan jalan bertasawuf. Di Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang Jawa Timur, bukan pemandangan yang aneh ketika melihat para santri muda berduyun-duyun mengikuti pengajian dan praktik ibadah masyarakat sekitar, dan tanpa canggung berbaur dengan para sepuh.