Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
Hikmah Di Balik Peristiwa Penyembelihan Nabi Ismail (2)

Hikmah Di Balik Peristiwa Penyembelihan Nabi Ismail (2)

Hikmah di Balik Peristiwa Penyembelihan Nabi Ismail (2)

Roland Gunawan by Roland Gunawan
17/07/2021
in Kajian, Populer, Tajuk Utama
18 1
0
18
SHARES
367
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Hikmah Peristiwa yang Keenam ialah perlunya dialog antara orangtua dan anak. “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Meskipun Nabi Ibrahim menerima perintah penyembelihan dari Allah Swt., tetapi beliau tetap meminta pendapat dari Ismail. “Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ini merupakan suatu isyarat pendidikan yang sangat penting, bahwa orangtua harus selalu berdialog dengan anak-anaknya bahkan dalam perkara-perkara wajib yang datang dari Allah sekalipun. Karena anak-anak, terutama anak-anak remaja, saat mereka diajak untuk berdialog, mereka akan merasa dihormati dan dihargai. Mereka sangat benci dan tidak suka dipaksa-dipaksa. Makanya jalan dialog, sebagaimana dicontohkan Nabi Ibrahim, adalah jalan yang dapat ditempuh oleh para orangtua untuk menanamkan kesadaran kepada anak-anaknya mengenai kewajiban menjalankan perintah agama.

Ketujuh, kesabaran melaksanakan perintah yang sulit. “Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Ismail, seorang anak yang usianya belum genap 15 tahun, mengerti betul mengenai arti kesabaran dan menjalankannya di dalam kehidupan dengan selalu meminta pertolongan dari Allah. Ini merupakan indikasi keberhasilan pendidikan di dalam rumah tangga Nabi Ibrahim, meskipun beban dan cobaan yang beliau hadapi sangat berat dan sulit.

BacaJuga

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Kalau Nabi Ibrahim gagal mendidik Ismail menjadi anak yang beriman dan sabar, ketika dikatakan kepadanya, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”, mungkin Ismail akan menjawab, “Ayah, aku masih muda, banyak yang bisa aku lakukan untuk masa depan. Justru ayah yang sudah tua renta dan bau tanah yang harus disembelih. Tanpa disembelih pun sebentar lagi ayah juga akan mati.”

Kemudian hikmah peristiwa kedelapan adalah cobaan keluarga. “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu [pujian yang baik] di kalangan orang-orang yang datang kemudian, [yaitu] ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim,” [QS. al-Shaffat: 106 – 109]. Nabi Ibrahim sudah lama menginginkan kehadiran seorang anak di dalam rumah tangganya. Baru di usia yang ke-86 tahun beliau dikaruniai seorang anak bernama Ismail. Sungguh, itu adalah penantian yang sangat panjang. Ketika Ismail sudah terlahir ke dunia, Nabi Ibrahim sangat mencintai dan menyayanginya. Bersama Siti Hajar beliau mendidik dan mengasuh Ismail dengan baik. Cinta dan kasih-sayang Nabi Ibrahim kepada Ismail diwujudkan dengan memberikannya pendidikan yang baik, bukan menuruti apapun kemauannya.

Berbeda dengan orangtua di zaman sekarang. Demi anak, banyak orangtua di zaman sekarang yang rela melakukan apapun, rela “peras keringat banting tulang” siang dan malam tanpa kenal lelah. Dan beberapa waktu lalu kita mendengar berita yang sempat viral mengenai seorang ayah yang nekat mencuri laptop supaya anaknya bisa belajar online seperti anak-anak yang lain. Bahkan di zaman ini, demi mendapatkan anak, banyak laki-laki yang tega menceraikan istrinya supaya bisa kawin lagi.

Ketika Nabi Ismail mulai menginjak usia remaja, dan Nabi Ibrahim sedang sayang-sayangnya, Allah Swt. memberikan perintah untuk menyembelihnya. Bayangkan, Nabi Ibrahim menunggu selama 86 tahun untuk mendapatkan seorang anak. Tetapi begitu anak itu lahir, beliau diminta untuk menyembelihnya. Dan hal yang paling berat adalah penyembelihan itu harus dilakukan oleh Nabi Ibrahim sendiri. Ini adalah cobaan keluarga yang amat sangat hebat. Tetapi Nabi Ibrahim berhasil melewati cobaan itu, sehingga Allah kemudian menganugerahi beliau dengan kelahiran anak kedua, yaitu Ishaq.

Page 1 of 2
12Next
Tags: hikmah kurbanKurbanNabi IbrahimNabi IsmailQurban
Previous Post

Perjalanan Pemikiran Ibnu Rusyd: Purifikasi Akidah (2) 

Next Post

Aku, Anda , Kita Semua dan PPKM Darurat

Roland Gunawan

Roland Gunawan

Wakil Ketua LBM PWNU DKI Jakarta

RelatedPosts

dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
Next Post
Aku, Anda , Kita Semua Dan Ppkm Darurat

Aku, Anda , Kita Semua dan PPKM Darurat

Inspirasi Surat Ali Imran 133-136 Tentang Kriteria Orang Yang Bertakwa

Sahabat Nabi yang Pakar Tafsir Al Qur'an

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.