Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
kh l fah

Menyoal Autentisitas Argumen Para Pengusung Khilafah

Menyoal Autentisitas Argumen Para Pengusung Khilafah

Saidun Fiddaraini by Saidun Fiddaraini
20/06/2022
in Kajian, Populer, Tajuk Utama
5 1
0
6
SHARES
116
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Aspirasi untuk mendirikan Khilafah Islamiyah kembali mencuat ke permukaan pasca adanya konvoi yang dilakukan oleh organisasi bernama Khilafatul Muslimin beberapa waktu lalu. Juga ditangkapnya pemimpin tertinggi kelompok mereka, Abdul Qadir Hasan Baraja pada Selasa (7/6/2022), tepatnya di Lampung. Isu ini bertengger di urutan paling atas melampaui isu-isu politik dan life style (gaya hidup) dalam setiap pemberitaan media massa.

Ini menunjukkan bahwa wacana pembentukan Khilafah Islamiyah menjadi problem krusial, sensitif, dan penuh ketegangan. Mengapa bisa demikian? Karena dapat mengancam terhadap tatanan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara di bawah naungan ideologi Pancasila. Saking berbahayanya, Mahfud MD, dalam salah satu acara rapat koordinasi dengan pejabat kepala daerah mengingatkan ihwal kemunculan khilafah walaupun sekalanya kecil (baca:https://news.detik.com/berita/d-6130150/mahfud-md-ingatkan-pj-kepala-daerah-khilafah-muncul-meski-kecil).

BacaJuga

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Namun, catatan kecil yang saya tulis ini materi bahasannya akan difokuskan kepada argumen-argumen yang kerap digelorakan oleh para pengusung khilafah dalam setiap kesempatan. Kemudian, akan diuji autentisitasnya. Mengingat Khilafah Islamiyah seakan menjadi sesuatu yang wajib (syariat Islam) untuk ditegakkan. Sebaliknya, menolak akan hal ihwal dengan mendirikan negara berbasis non-syariat Islam semisal Pancasila, adalah kafir, sesat, wajib diperangi, dll. Karena itulah, bagi saya, mengetahui dalil-dalil pemikiran mereka sangat penting sebab, tak jarang mengutip ayat-ayat dari kitab suci sebagai legitimasi atas tindakannya.

Lazimnya, aspirasi untuk mendirikan Khilafah Islamiyah sekurang-kurangnya terdapat beberapa argumen paling fundamental yang dikemukakan para pengusung khilafah. Pertama, mengacu pada fakta sejarah yaitu Piagam Madinah. Piagam Madinah, demikian para pengusung khilafah merupakan preseden dari cita-cita negara Islam: bahwa ‘negara’ Madinah yang dibuat dan diciptakan oleh Nabi Muhammad adalah bentuk ideal dari pemerintahan suatu negara yang dibangun atas primordialisme, suku (tribalism) bahkan agama tertentu.

Memang, betul, Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Muslim telah mampu menciptakan suatu tatanan pemerintahan yang sangat ideal dengan penuh keadilan, perdamaian, kesejahteraan, dan lain-lain. Bahkan, model atau cara pemerintahan ala Nabi dengan segala kebijakannya ini patut dicontoh dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara kiwari demi tegaknya kemaslahatan bersama.

Namun, yang perlu dicatat bahwa Nabi Muhammad tidak pernah merumuskan secara definitif ihwal mekanisme pergantian penjabatannya hingga akhir hayat. Kalau memang Nabi Muhammad menghendaki berdirinya sebuah “Khilafah Islamiyah”, mustahil masalah suksesi kepemimpinan dan peralihan kekuasaan tidak dirumuskan secara formal. Tetapi Nabi sekadar memerintahkan “bermusyawarahlah kalian dengan persoalan”. Mestinya, masalah sepenting itu dilembagakan secara konkret, bukan diucapkan dengan sebuah diktum saja.

Kita bisa menakik fakta sejarah bagaimana proses pemilihan sahabat Abu Bakar al-Shiddiq sebagai pemimpin yang lahir dari kekosongan pemerintahan pasca wafatnya Nabi. Ia dipilih melalui sistem musyawarah yang kemudian dikenal dengan sebutan Ahlul Halli wa al-Aqdi. Sementara Sayyidina Umar bin Khattab ditunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya, Abu Bakar. Hingga bentuk sistem tersebut mulai berubah pasca Dinasti Bani Umayyah.

Berdasarkan kenyataan tentang tidak adanya sistem baku dalam pemilihan seorang pemimpin dalam Islam, maka tidak heran jika Muhammad Abid al-Jabiri dalam buku Negara Islam-nya menyatakan bahwa tidak ada role model khusus yang ditentukan oleh Nabi Muhammad sendiri dan para sahabat ihwal sistem politik. Dari pembacaan historis seperti ini, kemudian pala ulama berargumen bahwa persoalan sistem politik merupakan bentuk ijtihadiyah.

Kedua, merujuk pada ayat-ayat Al-Quran yang secara redaksional menyebutkan kata “khalifah” dan berbagai derivasinya. Sehingga, menurut mereka, Islam memang mengamanatkan sebuah sistem pemerintahan berupa Khilafah Islamiyah. Maka, negara yang selain Khilafah Islamiyah dalam pandangan mereka dapat dipastikan sesat, kafir, dan sebagainya.

Di dalam Al-Quran memang banyak ditemukan ayat-ayat yang secara redaksional menjelaskan tentang “khilafah”. Misalnya: QS. Surat Al-A’raf: 129, QS. Surat An-Nur: 55, QS. Fatir: 39, dan lain sebagainya. Pada ayat-ayat tersebut dapat kita jumpai redaksi atau lafaz istakhlafa, yastakhlifu, dan khalaif, yang kesemuanya merupakan satu akar dengan redaksi khalifah.

Walau begitu, menurut Muhammad Imarah seorang ulama kontemporer berkebangsaan Mesir dalam kitabnya al-Islam wa Falsafah al-Hukm menyatakan bahwa term khilafah dalam ayat tersebut ialah kekhalifahan yang diberikan secara langsung oleh Allah kepada setiap individu manusia sebagai mandat agar memakmurkan bumi, bukan kekhalifahan berupa jabatan politik yang diberikan oleh manusia dan hanya terbatas pada seorang penguasa atau kepala negara.

Page 1 of 2
12Next
Previous Post

Pesantren sebagai Penyemai Karakter Bangsa

Next Post

Borok Politisasi Agama di Indonesia

Saidun Fiddaraini

Saidun Fiddaraini

Alumni PP. Nurul Jadid, Paiton dan sekarang mengajar di PP. Zainul Huda, Arjasa, Sumenep.

RelatedPosts

dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
Next Post
politisasi agama

Borok Politisasi Agama di Indonesia

DKI Jakarta

Selamat Ulang Tahun Ke-495 DKI Jakarta!

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.