Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Pemikiran Pesantren: Dari Tradisionalisme Menuju Kosmopolitanisme

Pemikiran Pesantren: Dari Tradisionalisme Menuju Kosmopolitanisme

Pemikiran Pesantren: Dari Tradisionalisme Menuju Kosmopolitanisme

Khoirul Anwar Afa by Khoirul Anwar Afa
06/06/2020
in Gagasan
7 0
0
6
SHARES
120
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Membaca pemikiran pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia, tentu tidak bisa lepas dari telaah historis dinamika perjuangan yang semula merupakan politik Islam yang digunakan untuk merespon hegemoni Barat. Masselman mencatat, dimulai dari Mataram, Sultan Agung (1613-1644) sebagai ulama cum-raja yang memproklamirkan untuk tidak berdagang dengan VOC karena dianggap sebagai bentuk kekuatan raksasa kafir yang mengancam eksistensi perdagangan penting di Nusantara. Karena misinya itu, sebagaimana yang dikutip oleh Burhanuddin, Sultan Agung sangat berambisi untuk menguasai pesisir Jawa.

Misi yang sama juga terjadi pada kerajaan-kerajaan Islam, baik di Aceh, Gowa, dan Banten. Meskipun pada akhirnya sama-sama ditaklukkan oleh VOC. Di Gowa, Sultan Hasanuddin pada tahun 1669 berhasil dikalahkan yang berimbas pada penghancuran pusat ekonomi dan politik Islam di Timur Nusantara, (Ricklefs, 2001: 77-79).

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Begitu juga di Banten yang semula berada di bawah kepemimpinan Islam yang taat, yaitu Sultan Abdul Fatah Ageng (1651-1682), yang dikenal sangat gigih menerapkan hukum Islam, seperti melarang keras menggunakan opium dan minuman alkohol, kemudian menjadi proklamator gerakan anti kafir untuk melawan VOC. Namun karena terjadi krisis internal di Banten saat itu, mengakibatkan Banten harus jatuh di bawah kekuasaan Belanda, (Burhanuddin, 2017:225).

Baik di Jawa, Aceh, Gowa dan Banten, bisa jadi sama dalam memainkan peran islamisasi melalui kekuasaan. Raja sebagai simbol penguasa sekaligus ulama. Sebagaimana dikutip oleh Burhanuddin, dalam Hikayat Pocut Muhammad telah dikatakan bahwa politik dan agama sebagai “dua permata dalam satu cincin.” Ini mirip dengan ungkapan Abu Hamid al-Ghazali, ad-Dinu wal mulku taumani. Faddinu ashlun, wal mulku harisun. Wa ma la ashla lahu famahdumun. Wa ma la harisa lahu fadlai’un. (Agama dan kekuasaan itu adalah saudara kembar. Agama merupakan pondasi sedangkan kekuasaan merupakan pasukan. Apapun tanpa pondasi pasti akan roboh. Begitu pula apa saja tanpa pasukan akan sia-sia).

Kembali pada persoalan. Jatuhnya kerajaan-kerajaan maritim di Jawa menyebabkan munculnya bentuk baru dalam kehidupan ekonomi, yang menjadi dasar bagi pembentukan corak keagamaan yang juga baru di Nusantara. Bentuk baru tersebut juga diikuti dengan beralihnya peranan ulama dari pejabat kerajaan, menjadi guru agama di Pesantren, Surau, atau Dayah. Namun dengan pesantren inilah, ulama bisa memiliki peran lebih kompleks di masyarakat sebagai palang budaya (cultural broker) kehidupan sosial dan keagamaan umat Islam, (Geertz, 1960:228-249).

Contoh yang sering disampaikan, Pesantren Tegalsari di Madiun, Ponorogo sebagai pesantren pertama yang memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu agama. Sekaligus sebagai sempalan dari kerajaan yang menjadi tempat pengajaran Islam oleh elite politik dari keluarga kerajaan, seperti Raden Ngabehi Raggawarsita (1802-1874).

Page 1 of 2
12Next
Tags: Ahlussunnah Wal Jamaahpemikiran pesantrenPesantrenPost-Tradisionalismesejarah pesantrentradisi pesantren
Previous Post

Mempertanyakan Cara Beragama Kita Saat ini?

Next Post

Kenapa Islam Melarang Umatnya Bersikap Berlebihan?

Khoirul Anwar Afa

Khoirul Anwar Afa

Penulis adalah Dosen Fakultas Ushuluddin PTIQ Jakarta

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Kenapa Islam Melarang Umatnya Bersikap Berlebihan?

Kenapa Islam Melarang Umatnya Bersikap Berlebihan?

Gerakan Khilafah Dan Reproduksi Hantu Komunisme

Gerakan Khilafah dan Reproduksi Hantu Komunisme

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.