Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad di muka bumi ini tidak lain agar manusia mendapatkan petunjuk sehingga hidupnya selalu mendapatkan Rahmat dari Allah. Allah telah mengatur rambu-rambu kehidupan kepada manusia supaya dipatuhi serta tak dilanggar.
Aturan ini bertujuan agar dirinya selalu mendapatkan kebaikan serta dihindarkan dari segala keburukan yang ia hadapi baik saat di dunia maupun di akhirat kelak. Ini sesuai dengan pernyataan Izzuddin bin Abdussalam dalam Qawaid Al Ahkam yang berpendapat bahwa tujuan syariat Islam untuk menarik kebaikan serta menolak segala kerusakan.
Setiap Sahabat Nabi Muhammad mempunyai keistimewaan tersendiri, ada yang pakar Tafsir, fikih maupun yang lain. Begitu juga Para Tabi’in (orang yang mengikuti para sahabat) mempunyai kelebihan masing-masing diantaranya adalah Hasan al-Bashri (w. 110 H/728 M) Memiliki keistimewaan dibandingkan Tabi’in yang lain.
Baca juga:
- Kisah Taubat Ibrahim bin Adham dan Petuah-petuah Inspiratifnya
- Mengenal Sultan Ulama Izzuddin bin Abdussalam yang tak Lelah dalam Belajar
Ia dikenal banyak orang karena kealimannya serta nasehat-nasehatnya yang selalu menginspirasi banyak orang dalam urusan dunia, maupun akhirat. Salah satu nasehat imam Hasan Al Basri yang berkenaan tentang etika dalam beragama yang baik yaitu
مَنْ لا أَذَبَ له لا علم له، وَمَن لا صَبَرَ لَهُ لا دين له، وَمَنْ لا وَرَعَ لَهُ لا زُلْفَى لَهُ.
Artinya:
Barangsiapa yang tak memiliki Budi pekerti yang baik maka dianggap tak memiliki ilmu. Barangsiapa yang tak bersabar maka dirinya dianggap cara beragamanya belum sempurna. Dan barangsiapa tak memiliki sikap Wara’ maka tak akan mendapatkan mulia di sisi Allah.
Syeh Nawawi dalam kitab Nashoihul Ibad mengupas lebih dalam penjelasan nasehat imam Hasan Al Basri diatas