Lain halnya jika karakter akan jadi baik yaitu dibangun dengan keseimbangan antara rasio, hati, dan nurani. Nurani tidak bisa diajak kompromi pada kebohongan; konsisten pada kebenaran. Ada sinergi antara intelektual, perasaan, hati, cahaya nurani, maka karakter terbangun bagus.
Revolusi Akhlak Harus Dimulai dari Sikap Diri Sendiri
Habib Rizieq dan Front Pembela Islam (FPI) selama ini menjadi perdebatan di masyarakat Indonesia. Bahkan di berbagai kelompok Islam Indonesia juga menjadi topik yang membuat bingung dan tidak konsisten. Dan apalagi sekarang membawa misi revolusi akhlak.
Dekan fakultas Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) di Jakarta, Ahmad Suaedy memperkirakan insiden pelecehan dan kekerasan terhadap minoritas akan terus berlanjut setelah Habib Rizieq kembali.
“Saya lebih prihatin atas gangguan hak asasi manusia dengan kembalinya Habib Rizieq… pelanggaran hak minoritas,” kata Suaedy, Lalu ia menambahkan bahwa ini termasuk FPI-lah yang mencegah non-Muslim membangun tempat ibadah mereka sendiri.
“FPI ingin menunjukkan bahwa mereka masih eksis dan akan menargetkan minoritas karena mereka tidak dapat mengambil alih pemerintahan, yang merupakan entitas besar. Mereka telah menjadi anti-minoritas selama lebih dari 20 tahun sekarang,” ucap Suaedy.
Sebagai umat Islam yang benar, kita tidak boleh melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama umat Islam dan umat agama lain. Revolusi Akhlak yang digagas oleh Habib Rizieq ini harusnya dimulai dari sikap beliau sendiri. Yakni mengajak pencintanya mencontohkan sikap yang baik, saling menjaga ukhuwah insaniyah (kemanusiaan), tidak memprovokasi kebencian dan merusak fasilitas-fasilitas apapun.
Oleh karena itu, kita sebagai rakyat Indonesia sedang menunggu. Menunggu apakah Habib Rizieq dan simpatisannya mencontohkan Revolusi Akhlak sesuai ajaran Nabi SAW. Atau malah menjadi Degradasi Akhlak?.
Wallahu a’lam.