Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Api Nasionalisme Putra Bangsa Indonesia Di Makkah

Api Nasionalisme Putra Bangsa Indonesia Di Makkah

Api Nasionalisme Putra Bangsa Indonesia di Makkah

Ahmad Ginanjar Sya’ban by Ahmad Ginanjar Sya’ban
19/02/2021
in Peradaban, Tajuk Utama
5 1
0
5
SHARES
94
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islamina.id – Diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dari Jakarta oleh Soekarno dan Hatta tidak hanya membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia di tanah air mereka yang membentang dari Sabang sampai Merauke, tetapi juga turut menyulut api perjuangan dan rasa kebangsaan putra-putra Indonesia yang sedang bermukim di kota suci Makkah.

Pada masa itu, masyarakat asal Indonesia yang bermukim di Makkah tercatat lebih dari 5000 orang. Sebagian besar dari mereka adalah para penuntut ilmu, pengusaha, dan sebagian kecil lainnya banyak pula yang menjadi ulama besar dunia Islam dan berkarir di kota suci itu hingga wafatnya.

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia mulai tersebar ke seluruh seantero dunia, termasuk sampai juga ke Makkah pada akhir bulan Agustus tahun 1945. Beberapa surat kabar yang terbit di wilayah Kerajaan Saudi Arabia menyiarkan warta proklamasi kemerdekaan itu.

Para putra bangsa Indonesia yang bermukim di Makkah dan wilayah Saudi Arabia lainnya, dengan penuh semangat terbuka dan perasaan kebangsaan yang menyala-nyala, menunjukkan totalitas sikap nasionalisme mereka memperjuangkan kemerdekaan bangsa mereka itu.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), dalam memoir perjalanan hajinya di tahun 1950, memberikan kita banyak informasi berharga atas gerakan perjuangan anak bangsa Indonesia di Makkah sejak tahun 1945 (dalam Henri Chambert-Loir, Naik Haji di Masa Silam: Kisah-Kisah Orang Indonesia Naik Haji, vol. II, hal. 745-902. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia dan EFEO, 2013).

Sejarah Kopindo

Para putra Indonesia di Hijaz (Makkah, Madinah, Jeddah dan sekitarnya) membentuk suatu badan perkumpulan untuk mengukuhkan perjuangan kebangsaan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari Hijaz, yaitu Kopindo (Komite Perjuangan Indonesia) yang berbasis di Makkah.

Perkumpulan ini berjejaring dengan perkumpulan lainnya yang juga didirikan oleh para putra bangsa Indonesia di Kairo, yaitu Perpindo (Perhimpunan Perjuangan Indonesia) dan Lajnah al-Difâ’ ‘an Istiqlâl Indûnîsiyâ (Dewan Pembela Kemerdekaan Indonesia).

Mereka, para putra Indonesia di Hijaz itu, melakukan demonstrasi besar-besaran mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Dalam aksi itu, para putra Indonesia di Hijaz melakukan aksi melempar dan membakar paspor mereka yang masih berstatus warga negara jajahan Belanda. Mereka hendak mengumumkan kepada dunia dan kepada Belanda khususnya, bahwa mereka tidak lagi mengakui kekuasaan pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang pada masa itu memiliki kantor konsulat perwakilan di Jeddah.

Baca juga: Hikmah Kemerdekaan: Jangan Mudah Diadu Domba

Sebelumnya, pemerintah kolonial Belanda, melalui kantor perwakilannya di Jeddah, rutin memberikan bantuan uang dan barang-barang pangan pokok bagi warga negara Hindia Belanda yang bermukim di Hijaz. Setelah tersiarnya warta proklamasi kemerdekaan itu, para putra Indonesia di Hijaz kompak menolak lagi bantuan keuangan itu.

Sebagai gantinya, para putra Indonesia di Hijaz, melalui Kopindo, mengelola sebuah gerakan “berdikari” (berdiri di atas kaki sendiri). Mereka mengumpulkan uang bersama-sama secara mandiri. Dari uang yang terkumpul dan dikelola itu, mereka belikan beberapa ton beras setiap bulannya, lalu dibagikan kepada para mukimin Indonesia yang kurang berkecukupan. 

Para founding father kemerdekaan Indonesia, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, Wahid Hasjim, dan lain-lainnya, menjadi nama yang sering dielu-elukan oleh masyarakat Indonesia di Makkah. Orang-orang yang semula lemah, menjadi kuat semangat kebangsaan dan menjadi tersulut api perjuangannya untuk Indonesia karena figur para tokoh kemerdekaan Indonesia itu. 

Page 1 of 2
12Next
Tags: api nasionalismeIndonesiaKemerdekaanmakkah
Previous Post

Adab Terhadap Guru dan Ilmu Pengetahuan

Next Post

Belajar Kerukunan dari Kiai Sya’roni Ahmadi Kudus

Ahmad Ginanjar Sya’ban

Ahmad Ginanjar Sya’ban

Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Jakarta

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
sejarah maulid
Peradaban

Sejarah Perayaan Maulid Nabi di Nusantara: Dari Wali Songo hingga Tradisi Daerah

25/09/2024
Next Post
Belajar Kerukunan Dari Kiai Sya’roni Ahmadi Kudus

Belajar Kerukunan dari Kiai Sya'roni Ahmadi Kudus

Hukum Shalat Jum’at Online

Hukum Shalat Jum'at Online

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.