Islamina.id – Allah SWT sebagai sang pencipta menjadikan manusia sebagai penghuni alam raya ini telah memberikan banyak fasilitas kepadanya, mulai fisik yang lengkap, juga akal yang sempurna sehingga mampu membedakan segala kebaikan maupun kejahatan dengan tujuan agar manusia menjadi makhluk yang mampu memegang amanat dan dan menebar keadilan kepada sesama.
Izzuddin bin Abdissalam yang dikenal dengan Sultan Ulama dalam Qowaid Sugranya menyatakan bahwa tujuan diutusnya para Nabi dan diturunkannya kitab suci adalah untuk mewujudkan kemaslahatan/ kebaikan kepada manusia serta menolak segala macam kerusakan yang akan terjadi.
Dalam hal ini beliau memetakan segala kebaikan dan keburukan yang terkait urusan akhirat maka harus di ukur dengan Mizan Al Syar’i (aturan agama) atau lebih mudah menggunakan istilah “Dzikir” dengan persepektif yang lebih luas, tidak hanya ingat kepada Allah melalui lisan saja.
Namun lebih mengaplikasikan ajaran agama-Nya dalam kehidupan ini, Sedangkan urusan dunia, maka di ukur dengan olah pikir menggunakan rasio/akal manusia yang dikombinasikan dengan pengetahuan, pengalaman, maupun adat kebiasaan.
Baca juga:Keistimewaan Imam Hasan Al Basri dan 10 Sifat Baik Anjing
Maka beruntung orang yang mampu memadukan antara dzikir dan pikir. Apabila salah satu tidak terpenuhi maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidupnya, ibarat burung yang patah salah satu sayapnya, maka tak mampu untuk terbang.