Ziarah kubur sudah ada dari zaman Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw sendiri mensyariatkan ziarah kubur karena banyak hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya yang dapat kita ambil. Salah satu contohnya adalah agar manusia senantiasa mengingat kematian dan mengurangi kehidupan di dunia yang fana ini. Apabila ziarah kubur tidak memiliki hikmah tersebut maka bukan ziarah kubur yang disyariatkan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. pernah melarang umatnya untuk melakukan ziarah kubur karena waktu itu mereka malah meminta-minta kepada ahli kubur. Setelah agama Islam kuat, akhirnya ziarah kubur diperbolehkan lagi oleh Rasulullah. Tradisi Nyadran juga menjadi wadah untuk meningkatkan rasa ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun. Karena ketika Nyadran dilaksanakan, masyarakat dengan ikhlas hati memberikan makanan yang telah mereka buat untuk orang-orang yang mengikuti acara tersebut.
Nyadran berfungsi juga sebagai sarana meningkatkan rasa persatuan dan tidak membeda-bedakan antar golongan kaya dan miskin. Semua berkumpul menjadi satu tanpa membeda-bedakan. Semua derajat dianggap sama. Meningkatkan rasa syukur dengan adanya Nyadran menjadi tolak ukur bagi manusia atas kenikmatan, dan kesehatan yang Tuhan berikan kepada mereka. Membuat mereka berpikir dan menyesali atas semua nikmat yang telah mereka kufuri. Nyadran juga menjadi pengingat bahwa semua kenikmatan yang Tuhan berikan akan hilang dan sirna. Nyadran juga membuat seseorang memiliki rasa bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan tradisi ini, sebagai generasi penerus. Karena kelestarian tradisi Nyadran, berada di generasi selanjutnya. Maka dari itu anggota dari panitia Nyadran ini adalah para pemuda, dengan tujuan agar mereka merasa memiliki tradisi Nyadran, dan bertanggung jawab atas kelestariannya.
Baca Juga: 7 Tradisi Nusantara dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan