Di tengah hiruk-pikuk kota metropolitan seperti Jakarta, ada satu komunitas Muslim yang menarik. Komunitas itu bernama Majelis Dzikir Ikhwanusshofa atau “Ikhwanusshofa Society”. Komunitas ini merupakan kumpulan orang-orang yang sangat religius dan moderat
Islamina.id — Jakarta yang sekarang, sangat majemuk dihuni oleh berbagai etnis. Salah satu suku penghuni di Jakarta adalah etnis Betawi. Nur Rahmah dalam jurnal yang berjudul “Khazanah Intelektual Ulama Betawi Abad Ke-19 dan Ke-20 M” menyebutkan salah satu unsur penting yang tidak bisa dilepaskan dari etnis Betawi adalah unsur Islam dan ulama. Keduanya bagaikan pondasi yang tidak bisa dilupakan. Ulama memiliki kedudukan penting dan terhormat untuk etnis Betawi, bahkan kadang penghormatan terhadap ulama dari kalangan habaib, cenderung berlebihan.
Selama ini kita mendengar ulama-ulama seperti Guru Mansyur, Guru Mughni, Mu’allim Abdullah Syafi’i, Mu’allim Syafi’i Hadzami, dan Habib Ali Kwitang. Para ulama ini membimbing masyarakat di sekitar Jakarta. Dan fakta sampai sekarang pun Jakarta seakan-akan tidak ada habisnya dengan para ulama yang menghiasi bumi Batavia.
Pada tahun 1980-an, tepatnya di Kota Jakarta Selatan, seorang ulama membimbing masyarakat sekitar Jalan Haji Samali, Pasar Minggu. Beliau bernama KH. Abdul Hamid Husen. Seorang ulama yang sangat arif bijaksana.
KH. Abdul Hamid Husen kemudian mendirikan kumpulan orang-orang yang haus dengan kenikmatan Islam. Kumpulan itu diberi nama “Ikhwanusshofa”. Beliau mendakwahkan Islam yang rahmatan lil ‘ālamīn. Kegiatan seperti pengajian-pengajian berdampak pada aspek spiritualitas masyarakat sekitarnya. Karena itu sampai sekarang jama’ahnya pun semakin banyak.