Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Melawan Ekstremisme Dengan Sufisme

Melawan Ekstremisme Dengan Sufisme

Melawan Ekstremisme dengan Sufisme

Roland Gunawan by Roland Gunawan
24/02/2021
in Kolom, Tajuk Utama
18 0
0
17
SHARES
347
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islamina.id – DALAM beberapa tahun terakhir, banyak tulisan bermunculan, mulai dari artikel, kajian, dan penelitian, yang menunjukkan bahwa salah satu solusi terbaik untuk menghadapi gagasan dan ideologi aliran Islam ekstremis dan jihadis adalah menggalakkan nilai-nilai sufisme atau tasawuf. Sejumlah penelitian menyajikan penemuan-penemuan menarik mengenai apa yang dapat ditawarkan aliran sufisme sebagai alternatif dari ideologi ekstremis.

Menghadapi gagasan ekstremisme agama di dunia Islam sebenarnya bukanlah topik baru, banyak sarjana yang menulis dan membicarakannya sejak kemunculan kelompok-kelompok takfiri pada tahun 1970-an dan puluhan tahun setelahnya. Tetapi mayoritas negara-negara Islam, baik karena keengganan atau ketidakmampuan mereka, tidak menganggap serius apa yang dikemukakan.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Seruan dan desakan untuk melakukan pembaharuan tidak berhasil mendorong negara-negara Islam mana pun di dunia untuk secara serius mempertimbangkan perubahan kurikulum pendidikan guna mengekang laju perkembangan wacana keagamaan ekstremis. Sementara, sebagian besar prakarsa lembaga-lembaga keagamaan hanya berhenti pada ‘kulit luar’ dan ‘ungkapan-ungkapan verbal’.

Baca juga: 3 Karakter Sufi, Imam Junaid dan Ajaran Tasawufnya

Selama umat hanya didoktrin atau dicekoki, misalnya, bahwa agamanya adalah yang terbaik dan lebih tinggi dari semua agama lain, dan bahwa nilai individu terkait erat dengan afiliasi agamanya (bukan dengan sejauh mana ia bermanfaat bagi orang lain dan kemanusiaan), maka setiap pembicaraan tentang pembaruan tidak lebih dari sekedar retorika untuk mengelabuhi harapan masyarakat.

Sufisme sebagai Pengalaman Individual

Sebagian kalangan, terutama kaum sekuler, meragukan sufisme bisa menjadi solusi alternatif dalam mengatasi ekstremisme. Salah satunya karena, sufisme, sebagai sebuah tren spiritual, tidak pernah menjadi gerakan massal. Benar bahwa jutaan Muslim masih menghormati simbol-simbol sufisme, tetapi jumlah sufi atau pengikut tarekat sufi di antara mereka dibatasi jumlah penduduk di setiap tempat di mana mereka hidup.

Sufisme, menurut mereka, bukan mazhab agama, dan para pengikutnya tidak berusaha mendakwahkan dan merekrut pengikut-pengikut baru. Dalam kebanyakan tarekat sufi, orang atau murid baru harus berusaha sendiri dan menunjukkan kesiapan untuk bergabung dengan tarekat tersebut. Untuk mencapai sesuatu yang bernilai, ia harus berusaha dan menyediakan waktu untuk itu.

Pada umumnya, sufisme berfokus pada pengalaman pribadi manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dan percaya bahwa setiap orang mempunyai jalannya sendiri. Berbeda dengan mazhab agama yang menunjukkan satu pengalaman dan setiap orang harus mengikutinya. Dalam pengertian ini, tasawuf adalah pengalaman individual, bukan pengalaman kolektif. Sehingga sangat sulit untuk mengubah sufisme menjadi gerakan massal.

Baca juga: Revitalisasi Kebangkitan Umat Islam ala Muhammad Abduh

Sufisme, karena merupakan gerakan spiritual, mengajak pengikutnya untuk fokus pada bagian dalam manusia daripada di luar dirinya, dan bahwa manusia harus mereformasi dirinya terlebih dahulu sebelum menuju orang lain. Dan karena reformasi diri sejak awal membutuhkan pengetahuan, maka seluruh prosesnya membutuhkan waktu yang mungkin menyita sebagian besar kehidupan orang itu sendiri.

Itulah alasan mengapa para sufi tampak kurang tertarik pada kerja-kerja publik, apalagi terlibat dalam politik. Bahkan meskipun mereka mengutarakan pendapat terkait hal tersebut, itupun karena mereka diminta.

Page 1 of 2
12Next
Tags: ekstrimlawan ekstremismeperan sufisufisme
Previous Post

Kenapa Manusia Tak Dijadikan Kaya Semua? Ini Penjelasannya

Next Post

Bagaimana Perkembangan Islamisme di Indonesia Saat Ini?

Roland Gunawan

Roland Gunawan

Wakil Ketua LBM PWNU DKI Jakarta

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Bagaimana Perkembangan Islamisme Di Indonesia Saat Ini?

Bagaimana Perkembangan Islamisme di Indonesia Saat Ini?

Percepatan Revolusi Industri 4.0 Di Masa Pandemi Covid-19

Percepatan Revolusi Industri 4.0 di Masa Pandemi COVID-19

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.