Seperti yang dilakukan oleh Prof. Abd Salam peraih Nobel Fisika 1979, berhasil menemukan teori penyatuan gaya elektromagnetik dan gaya nuklir, ia mengaku terinspirasi dari al-Qur’an. {baca : Agama Saintifik}
Ikhwal ini perlu dilihat sebagai hubungan yang harmonis antara agama dan ilmu pengetahuan. Kendati keduanya berbeda, bukan berarti selamanya bertentangan. Setidaknya para cendikiawan muslim berusaha mengambil jalan tengah (moderat) untuk menemukan titik relasi antara keduanya.
Semangat ini tentunya berangkat dari akar sejarah yang kokoh. Di mana para filsuf Muslim seperti Ibn Rusyd, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan lain-lain, adalah tokok pemikir yang mempersonifikasikan rasionalitas dan religiusitas sekaligus, tanpa perpisahan antara keduanya.{baca : Peradaban Islam}
Menyikapi Akar Sejarah Ilmu Pengetahuan
Jika dilihat dari kacamata sejarah, kenyataannya sebagian besar perkembangan ilmu pengetahuan ini berporos pada kejayaan Islam di masa klasik. Dalam melihat kenyataan ini, seorang muslim hendaknya tidak merasa pongah dan nyaman akan kenyataan sejarah di masa lalu.
Bagaimana pun itu umat Islam saat ini masih tertinggal oleh bangsa barat dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun tidak perlu menyesali sedimikian rupa sehingga kehilangan harapan akan hadirnya kejayaan Islam di masa depan.
kemunduran ini dapat dilihat sebagai wujud operasi sunnatullah yang memiliki hukum mengenai prinsip perputaran (al-Mudawalah). Suatu prinsip bahwa nasib manusia itu berputar di antara mereka, tinggi dan rendah, maju dan mundur, terjadi secara bergilir. Ada kalanya umat Islam menang dan unggul, adakalanya juga di bawa (kalah, tertinggal). Sejalan dengan firman-Nya.
وَ تِلْكَ الأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“Demikian hari-hari kami putar diantara kalian”
Di sisi lain, semangat untuk kembali membumikan ajaran Islam tidak boleh berhenti hanya karena sempat merasakan kejayaannya dan hilangnya harapan. Perlunya menumbuhkan upaya rekonstruktif terhadap keilmuan-keilmuan di masa lalu untuk diinovasikan pada saat ini. Sebab Islam telah memiliki pangkal dan akar yang kuat untuk membina bangunan intelektual dalam tradisi keilmuan masa lalu peradaban kita.
Kegiatan kajian Islam ini merupakan hal yang penting dilestarikan untuk merespon tuntutan zaman. Dengan cara menghilangkan sikap kemiskinan intelektual dan lebih menghargai warisan dari peradaban sendiri. Lebih dari itu, usaha menjaga keotentikan dengan masa lampau dan menjaga otentisitas intelektual yang menjadi bekal untuk kemantapan umat Islam itu sendiri.