Habib Husein menilai, walaupun para santri mondok dan harus tinggal lingkungan pesantren, hal itu tidak membuat mereka menjadi kehilangan ide dan kreatifitas untuk berdakwah di medsos.
Ia tidak memungkiri bahwa para santri akan menghadapi tantangan saat berdakwah di media sosial. Untuk itu Habib Husein berharap melalui workshop ini akan muncul konten creator dari kalangan santri yang diterima dikalangan masyarakat.
“Konten creator digital moderat jumlahnya 3x lipat lebih sedikit dari yang tidak moderat. Konten yang tidak moderat menguasai 60% lebih konten keagamaan di dunia digital sedangkan konten moderat hanya 20an%. Saya rasa kalau para santri ini bisa menjadi youtuber, tiktoker atau konten creator di platform lain itu saya rasa sudah memiliki pengaruh yang besar,” ujarnya
Ia berharap setelah kegiatan ini para santri tetap akan mendapat pendampingan dari para fasilitator.
“Puluhan santri yang dilatih hari ini harus terus mendapatkan pendampingan, karena kreatifitas tidak bisa hanya dilatih, tetapi harus didampingi. Kita berharap ini bisa berlanjut pada pendampingan,” harapnya.
Habib Husein menambahkan bahwa media sosial adalah cara mendakwahkan ilmu paling mudah, paling murah dan paling efektif sehingga itu akan menjadi keberkahan bagi kita untuk mendapatkan ilmu.
“Santri bukan hanya didik untuk jadi pribadi yang berilmu tapi juga mendakwahkan ilmunya. Untuk itu saya mendorong untuk para santri semangat menebarkan ilmu,” tutupnya.