Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Pemikiran Pesantren: Dari Tradisionalisme Menuju Kosmopolitanisme

Pemikiran Pesantren: Dari Tradisionalisme Menuju Kosmopolitanisme

Pemikiran Pesantren: Dari Tradisionalisme Menuju Kosmopolitanisme

Khoirul Anwar Afa by Khoirul Anwar Afa
06/06/2020
in Gagasan
7 0
0
6
SHARES
120
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram


Selain itu, yang paling penting dari peranan pesantren Tegalsari adalah keberhasilannya menerjemahkan Islam ke dalam kerangka pandang sosial dan kultural masyarakat. Namun eksistensi tersebut tidak bisa terlepas dari pergerseran yang semula muslim urban menuju pedalaman dan tradisional yang melekat pada institusi pesantren, (Benda, 1983:12-13), yang lambat laun menghadirkan suatu komunitas keagamaan yang bebeda, dengan suatu bentuk pemikiran yang khas.

Generasi setelahnya, pesantren Darat yang didirikan oleh Kiai Soleh Darat (1820-1903) di Semarang juga merupakan kelanjutan dari pesantren Tegalsari. Nama Pesantren Darat yang didirikan sekitar tahun 1870, (Umam, 2013:247) oleh Kiai Soleh bisa sebagai penerjemahan Islam ke dalam konteks budaya Jawa yang tidak hanya mengajarkan Islam pada masyarakat setempat, tetapi juga mencetak ulama-ulama di Nusantara pada abad 20. Kiprah besar tersebut karena Soleh Darat terbukti memiliki kemampuan intelektual mumpuni. Sampai sekarang bisa kita lihat melalui karya-karyanya yang ditulis dengan khas lokal yang tidak diajarkan di pesantren saja, melainkan di masjid dan tempat ibadah, (Umam, 2013:245).

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Menariknya, sejak era Soleh Darat ini, pesantren berhasil mensintesiskan antara polarisasi masyarakat abangan dan putihan, melalui kitab-kitab yang dikarang baik yang memuat ajaran fiqih, tasawuf dan Tafsir Al-Qur’an yang ditulis dengan bahasa Jawa beraksara Arab (Umam, 2011:26). Umam melihat jika upaya Soleh Darat tersebut menghasilkan dua agenda besar. Pertama, kesuksesannya menggunakan pelokalan bahasa (vernakulariasi) dan pemahaman lokal untuk menyampaikan ajaran Islam serta praktiknya secara jelas. Kedua, mengaktifkan masyarakat Jawa untuk berfikiran keluar dari komunitas sempit menuju komunitas global umat muslim.

Hasil dari agenda tersebut dapat ditemukan dari para santri Soleh Darat, di antaranya Hasyim Asy’ari (w. 1947) dan Ahmad Dahlan (w. 1923) yang masing-masing dikenal sebagai pendiri Organisasi Islam terbesar di Indonesia. Secara lebih luas, capaian-capaian brilian dari para alumni pesantren juga terus memberikan kontribusi hingga dewasa ini. Rumadi memberikan kategori post-tradisionalisme kepada para alumni pesantren yang memiliki pemikiran keagamaan progresif, (Rumadi, 2008:20).

Istilah Rumadi tersebut sebenarnya merujuk pada anak-anak muda NU yang merupakan alumni pesantren dan aktif melakukan revitalisasi tradisi. Karakteristik ini juga dilihat pada konsistensi dalam menjaga tradisi serta memanfaatkannya untuk pengembangan pemikiran dan menggerakkan perubahan. Menurutnya, anak-anak muda yang bertipikal seperti ini sangat aktif melakukan kritik agar tradisi dapat memiliki daya guna, sehingga apapun yang mereka lakukan dalam koridor dan pertanggung jawaban tradisi. Pandangan seperti ini yang oleh Ernest Gallner disebut sebagai semangat Islam yang kosmopolitanisme dan universalisme sejati sebagai modal bisa survive terhadap tantangan modern, (Gallner, 198: 4-5).

Para alumni pesantren tersebut sarat dengan pendidikan tradisionalis ketika masih belajar di pesantren yang ciri khasnya dapat dipetakan sebagaimana berikut: Pertama, terikat dengan pemikiran Islam tradisional dari para ulama abad 7 sampai 13. Kedua, mayoritas berdomisili di pedesaan yang menjadi basis pesantren. Ketiga, mengikuti faham Ahlussunnah wal jamaah yang membedakan sunni dan non sunni. Selanjutnya bisakah pesantren saat ini mempertahankan peranan penting ini atau bahkan ada yang lebih penting?

Baca Juga:
Kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jama’ah karya KH. Ali Maksum Krapyak

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Ahlussunnah Wal Jamaahpemikiran pesantrenPesantrenPost-Tradisionalismesejarah pesantrentradisi pesantren
Previous Post

Mempertanyakan Cara Beragama Kita Saat ini?

Next Post

Kenapa Islam Melarang Umatnya Bersikap Berlebihan?

Khoirul Anwar Afa

Khoirul Anwar Afa

Penulis adalah Dosen Fakultas Ushuluddin PTIQ Jakarta

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Kenapa Islam Melarang Umatnya Bersikap Berlebihan?

Kenapa Islam Melarang Umatnya Bersikap Berlebihan?

Gerakan Khilafah Dan Reproduksi Hantu Komunisme

Gerakan Khilafah dan Reproduksi Hantu Komunisme

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.