Sebagai bangsa yang memiliki titisan darah pemimpin-pemimpin perempuan, membahas kembali mengenai perempuan menjadi pemimpin haruslah tidak tabu dalam perkembangan abad 21 M, terutama manakala muncul kembali wacana perempuan menjadi pemimpin -baca presiden-.
Sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di Indonesia, diskursus perempuan sebagai pemimpin mengalami kejumudan, tidak kunjung mencair. Pengangkatan perempuan sebagai pemimpin diyakini sebagian umat Islam sebuah pilihan yang tidak tepat dan bahkan menyebabkan kehancuran. Hal itu disebabkan ada pandangan kuat bahwa ada hadis yang melarang serta lelaki memiliki kodrat sebagai pemimpin sebagaimana Surat an-Nisa ayat 34.
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَاحَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya…”
Istilah qawwam yang bermakna “pelindung” dalam Al-Qur’an Terjemahan Syamil Quran, digeneralisasi sebagai ayat yang menjustifikasi bahwa lelaki memiliki kodrat menjadi pemimpin. Hal tersebut tidaklah tepat. Padahal, manakala menelisik lebih jauh, maka akan ditemukan bahwa qawwam dalam konteks ayat tersebut merujuk pada ranah rumah tangga.
Apabila kodrat lelaki adalah memimpin dan sebagai pemimpin, tentu kita tidak akan menjumpai sebuah kerajaan Saba’ (2000-8 SM) yang pernah dipimpin oleh perempuan yang dinarasikan dan mendapat pujian oleh Al-Qur’an, maka perlu membaca dan merenungkan hakikat surat Saba’ ayat 15.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ
“Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.
Bersambung…