Bila diuraikan, terdapat 5 poin keterampilan hidup yang harus dimiliki oleh remaja agar dapat melewati masa remaja dengan produktif. Pertama, kesadaran diri. Kesadaran diri remaja ditingkatkan melalui dukungan sosial orang tua. Orang tua harus menjadi sahabat bagi remaja untuk bertukar cerita. Orang tua adalah konselor terbaik bagi remaja dalam proses penemuan hakikat dan kesadaran diri. Sebagai ‘konselor’, orang tua harus mampu mendengar empati, memberikan sugesti, dan mengapresiasi hal-hal positif pada remaja.
Kedua, remaja harus memiliki empati yang baik. Empati dapat diasah melalui pelibatan remaja pada kegiatan-kegiatan sosial. Empati juga dapat diasah melalui pengasuhan ramah remaja. Remaja dengan kegiatan sosial positif akan terhindar dari jerat radikalisme karena mereka memiliki waktu yang terbatas untuk dihinggapi konten radikal dunia maya.
Ketiga, komunikasi efektif. Peningkatan keterampilan komunikasi efektif pada remaja berdampak positif pada keterampilan sosia. Dan, keterampilan sosial yang baik adalah bekal untuk menolak paham radikal. Komunikasi efektif pada remaja dapat ditingkatkan melalui kebiasaan komunikasi efektif di dalam keluarga. Orang tua harus memberikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi asertif, sehingga anak akan terbiasa belajar berkomunikasi secara terbuka. Komunikasi asertif akan memberikan power pada anak untuk menolak radikalisme.
Keempat, berpikir kritis dan kreatif. Radikalisme hakikatnya hanya memiliki kekuatan shortcut mental. Hanya orang yang berpikiran sempit yang bisa terpikat ajarannya. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis dan kreatif menjadi kekuatan bagi remaja untuk menangkal radikalisme. Kemampuan berpikir kritis hendaknya diasah sejak dini. Penting bagi remaja untuk selalu berliterasi baik melalui membaca, mendengarkan, dan memproduksi ide.
Kelima, pengendalian emosi. Semakin piawai mengendalikan emosi, maka remaja akan mendapat hal-hal yang baik. Pengendalian emosi juga merupakan tanda keberhasilan remaja dalam menaklukan ego diri. Pengendalian emosi dapat dipelajari melalui modelling dan imitasi. Orang tua yang memiliki pengendalian emosi yang baik akan menjadi figur teladan bagi remaja.
Lima poin kunci ini sudah harus hadir dalam pengasuhan remaja. Tidak mudah menjadi ‘sahabat’ bagi remaja. Namun demikian, orang tua harus menjadi sahabat dan influencer sehingga remaja memiliki life skills yang andal. Harapannya, remaja yang memiliki keterampilan hidup positif dapat terhindar dari jerat radikalisme yang semakin masif. Wallahu’alam.