Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Liberalisme

Perlukah Seorang Muslim Menjadi Liberal

Perlukah Seorang Muslim Menjadi Liberal?

Khoirul Anam by Khoirul Anam
03/06/2022
in Kolom, Tajuk Utama
5 0
0
5
SHARES
106
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Liberalisme bagi beberapa orang—atau barangkali sebagian besar—umat Islam kurang diperkenankan. Ini karena liberalisme bermuasal dari Barat, yaitu Eropa dan Amerika. Dua benua ini dalam rentang sejarah umat manusia telah menorehkan catatan hitam, yaitu penjajahan. Penjajahan tersebut menurut sebagian pakar masih berlangsung hingga sekarang, namun dengan bentuk halus, yaitu penjajagan budaya, politik, ekonomi dan peradaban. Liberalisme adalah salah satu strategi mereka dalam melancarkan penjajahan.

Sebenarnya, tujuan utama liberalisme ialah menjadi basis bagi tatanan kehidupan yang menomorsatukan kebebasan dan kemerdekaan. Ini cukup beralasan, karena jauh sebelum paruh kedua abad 20, manusia entah Barat atau Timur, diliputi oleh penjajahan. Sebelum menjadi penjajah dunia, Barat pun dijajah oleh elit-elitnya sendiri.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Selain itu, mereka berperang satu sama lain. Usai itu, mereka tampil sebagai penjajah dunia, yakni Asia, Afrika dan Australia. Kendati pun tujuan liberalisme ialah kemerdekaan dan kebebasan, para pembawa gagasan ini dari kalangan muslim membuat gagasan tersebut bertabrakan dengan doktrin-doktrin mapan dalam Islam.

Tak heran, jikalau penjajahan Barat dinilai masih berlangsung. Salah satunya melalui gagasan tersebut. Apalagi, dominasi Barat masih berlanjut hingga kini. Tentu saja, liberalisme tidak akan lepas dari dominasi yang ditancapkan oleh kawasan yang satu ini.

Sebagai bukti, beberapa pemikiran liberal menggetarkan doktrin-doktrin Islam yang sudah mapan, seperti tiadanya kewajiban berhijab seperti pernah dipopulerkan oleh Ulil Abshar Abdalla, al-Qur’an terperangkap budaya Arab seperti dikoarkan oleh Nasr Hamid Abu Zayd, pemikir Mesir dan Aksin Wijaya, rukun Islam ada tiga, bukan lima seperti yang dicetuskan oleh Muhammad Syahrur, pemikir Damaskus dan masih banyak lagi.

Dari sekian contoh tersebut, kesan yang membekas tentang liberalisme paling tidak bisa dikerucutkan pada dua hal. Pertama, liberalisme adalah pemikiran yang kebarat-baratan. Kedua, liberalisme menggoyahkan ajaran yang sudah mapan.

Tulisan ini akan menunjukkan bahwa ada sisi-sisi kebenaran dari liberalisme yang sebenarnya senafas dengan ajaran Islam. Satu hal dari liberalisme yang patut diapresiasi, yaitu tradisi kritik. Memang dalam prakteknya, kritik tersebut diarahkan untuk mengguncang kemapanan beberapa doktrin. Orientasi demikian tidak perlu kita terapkan. Cukup kita apresiasi tradisi kritiknya. Selain itu, secara etimologis, liberalisme berasal dari kata liberal yang berarti bebas. Dua poin ini (kritik dan bebas) akan penulis urai lebih lanjut.

Pertama, selama ini kita cenderung menerima warisan keilmuan ulama masa silam apa adanya, tanpa perenungan kritis-kreatif. Kritis berarti mempertanyakan keabsahan dan relevansinya dengan masa kini. Kreatif berarti mengembangkannya lebih lanjut. Selama ini, pengembangan warisan salaf terbatas pada ranah tampilan, belum menyentuh isi. Yang diperbaharui hanya cara menyajikannya, bukan isi pemikiran mereka.

Kritis sejatinya senafas dengan pentingnya ittiba’ dalam terminologi Ushul Fiqih. Ittiba’ adalah berislam dengan mengetahui alasan dan landasan dari keislaman kita. Tidak sedikit mereka yang berislam, namun ikut-ikutan (taqlid). Alasan dan landasan di balik keislamannya masih tanda tanya. Liberalisme mendorong kita melacak secara ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan tentang alasan dan landasan keislaman kita. Proyek ini tidak cukup dengan berpijak pada warisan salaf, mengingat zaman terus berkembang dan temuan ilmiah terus berdatangan.

Page 1 of 2
12Next
Previous Post

Peradaban Islam di Masa Nabi SAW

Next Post

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Bukan Dalil Radikalisme

Khoirul Anam

Khoirul Anam

Mahasiswa Studi Agama-Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Kemerdekaan menyampaikan pendapat

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Bukan Dalil Radikalisme

al-qaeda

Bercermin dari Kesalahan Al-Qaeda

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.