Dalam praktik keseharian di lingkungan belajar, kitab ini mengajarkan santri beberapa hal. Santri pantang berjalan di depan kiai; santri tidak duduk di tempat duduk kiai; santri tidak mendahului berbicara tanpa seijin kiai; santri tidak banyak bicara di hadapan kiai; saat kiai sedang lelah atau tidak enak badan, santri tidak bertanya pada kiai; dan lain-lain.
Dalam kitab ini diterangkan bahwa langkah-langkah praktis tersebut menjadi penyebab utama para santri dalam mendapatkan ilmu dan manfaat. Santri yang bisa melaksanakan adab belajar ini akan dimudahkan Allah SWT dalam mendapatkan ilmu serta ilmu tersebut manfaat. Sebaliknya, santri yang tidak bisa berakhlak sebagaimana yang ada dalam kitab tersebut akan sulit mendapatkan ilmu, atau jika mendapatkan maka tidak akan mendapatkan manfaat. Bagi kalangan pesantren, warning semacam ini sangat diperhatikan. Karena, mereka sangat takut dengan ketiadaan manfaat ilmu. Karena ilmu yang tidak bermanfaat jauh akan lebih berbahaya dibandingkan dengan tiadanya ilmu.
Ketiga, pesantren selalu mengajarkan akhlak dalam bentuk amaliyah, bukan saja teks belaka. Ketika dalam agama mengajarkan agar seorang muslim menjalankan shalat dengan berjamaah, maka pesantren mendidik para santri agar berjamaah. Apabila ada santri yang tidak mengikuti jamaah tanpa adanya sebab yang jelas, maka dia akan mendapat ta’zir (punishment). Beberapa ta’zir yang sering dilakukan adalah ta’zir yang bermanfaat bagi diri santri atau bersama; contohnya membaca salah satu surat dalam al-Qur’an dalam jumlah tertentu, menguras bak mandi agar bersih, menyapu, atau sejenisnya.
Keempat, kaitannya dengan cinta tanah air, pesantren mengajarkan santri untuk mengenang jasa-jasa para founding father serta tonggak-tonggak sejarah kebangsaan. Para santri selalu diajak untuk melakukan kegiatan dalam rangka memperingati proklamasi kemerdekaan serta hari-hari besar lainnya. Selain itu, dalam jiwa santri juga selalu ditanamkan jiwa hubbul wathon (cinta tanah air). Bahkan, KH Wahab Hasbullah membuat syair fenomenal yalal wathon.
Wallahu a’lam.
Baca Juga: Pesantren Teroris: Sebuah Pembajakan Pesantren