Rabu, Agustus 17, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Riwayat Gelar Khalifatullah Sayyidin Panatagama

Riwayat Gelar Khalifatullah Sayyidin Panatagama

Riwayat Gelar Khalifatullah Sayyidin Panatagama

Syahril Mubarok by Syahril Mubarok
25/08/2020
in Peradaban, Tajuk Utama
18 1
0
19
SHARES
371
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Pada tanggal 30 April 2015, Sultan Hamengkubuwono X menghapuskan gelar “Khalifatullah“. Penghapusan ini banyak dikomentari berbagai pihak dari internal kesultanan sampai diluar kesultanan. Namun, dalam tulisan ini akan mencari sejarah riwayat gelar Khalifatullah Sayyidin Panatagama.

Ketika Sultan Hamengkubuwono X mengeluarkan sabda raja, banyak yang tidak mengetahui maksud dan tujuan penghapusan gelar Khalifatullah. Isi dari sabda Raja sebagai berikut:

BacaJuga

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Memahami Filantropi Islam

Darurat Literasi Islam yang Ramah

“Gusti Allah Gusti Agung Kuasa cipta paringana sira kabeh adiningsun sederek dalem sentolo dalem lan Abdi dalem.”

“Nampa welinge dhawuh Gusti Allah Gusti Agung Kuasa Cipta lan rama ningsun eyang eyang ingsun, para leluhur Mataram Wiwit waktu iki ingsun Nampa dhawuh kanugrahan Dhawuh Gusti Allah Gusti agung, Kuasa Cipta Asma kelenggahan Ingsun Ngarso Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya Ning Mataram Senopati ing Ngalaga Langgenging Bawono langgeng ing tata Panatagama. Sabda Raja iki perlu dimengerteni diugemi lan ditindake yo mengkono.”

Artinya: “Allah, Tuhan yang Agung, Maha Pencipta, ketahuilah para adik-adik, saudara, keluarga di Keraton dan abdi dalem, saya menerima perintah dari Allah, ayah saya, nenek moyang saya dan para leluhur Mataram, mulai saat ini saya bernama Sampean Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengkubawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya ning Mataram, Senopati ing Kalogo, Langenging Bawono Langgeng, Langgeng ing Toto Panotogomo. Sabda Raja ini perlu dimengerti, dihayati dan dilaksanakan seperti.”

Dari isi sabda Raja diatas, Sultan Hamengkubuwono X sudah menghilangkan gelar “Khalifatullah Sayyidin Panatagama“. Publik mengira sabda Raja tersebut bernuansa politis. Dikarenakan suksesi kepemimpinan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat selanjutnya.

Dalam riwayatnya, gelar ini belum disandang oleh raja-raja Mataram awal. Raja-raja Mataram memakai gelar Panembahan, Sunan, dan Sultan. Raja terbesar Mataram, yakni Sultan Agung, memakai gelar Sultan. Penyandangan ini disebabkan karena Pangeran Ratu atau Sultan Banten mendapatkan gelar dari Mekkah dengan nama Sultan ‘Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir.

Kemudian Raja-raja selanjutnya menyandang sebutan Sunan. Yaitu Amangkurat I hingga Amangkurat III. Barulah pada kepemimpinan Amangkurat IV (1719-1724), gelar Khalifatullah dipakai.

Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya Jilid 3, gelar Khalifatullah merupakan transformation of old concepts raja Jawa. Yang semula sebagai perwujudan dewa menjadi wakil Allah di dunia (Lombard, 1996).

Pada tahun 1755 M, pasca Perjanjian Giyanti yang memecah Mataram menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Lantas gelar Khalifatullah dipakai kesultanan yang mana?. Gelar Khalifatullah digunakan oleh sultan-sultan Yogyakarta. Sedangkan raja-raja Surakarta menyematkan gelar Sunan.

Sebutan Khalifatullah adalah ‘setali tiga uang’ dengan gelar Ẓillullāh fi al-‘Alam atau Ẓillullāh fi al-Ardhi yang berarti bayang-bayang Tuhan di bumi, dan melekat pada gelar para Sultan di kerajaan Melayu-Islam sejak abad ke-14 (Milner, 1981). Rakyatnya pun meyakini bahwa Sultan sebagai wakil Tuhan di muka bumi yang patut dan wajib dipatuhi segala titahnya.

Penulis juga menemukan manuskrip pupuh Asmara Andana yang diposting sejarawan Ahmad Baso. Ia menjelaskan bahwa gelar “Khalifatullah” pernah dikritik Banten. Penggunaan gelar itu oleh Mataram sebagai alat justifikasi diri dan bersekongkol dengan Kompeni.

Riwayat Gelar Khalifatullah Sayyidin Panatagama

Di halaman pertama teks Syajarah Banten dari PNRI abad 18, sebutan Khalifatullah atau Khalifah ing Allah hanya tertuju khusus untuk Rasulullah SAW. Yang menyandang gelar ini selain Nabi wajib dilawan. Perlawanan pun datang dari Kaum santri saat itu. Inilah yang menjadikan Kiai Mojo mufaraqah dengan Pangeran Diponegoro.

Jadi, demikianlah riwayat ringkas gelar Khalifatullah Sayyidin Panatagama. Khalifatullah bukan karena harus dihilangkan dan dialihfungsikan. Tetapi menjadi entitas budaya Islam dengan lokal. Semangat membumikan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Tags: GelarKhalifatullahKhalifatullah Sayyidin PanatagamaSultan Yogyakarta
Previous Post

Cocoklogi Ala Jejak Khilafah Di Nusantara

Next Post

Meraih Kebahagiaan Yang Sejati

Syahril Mubarok

Syahril Mubarok

Netflix dan Kopi Hitam

RelatedPosts

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer
Peradaban

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam
Kolom

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair
Kolom

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Kabar

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
Next Post
Meraih Kebahagiaan Yang Sejati

Meraih Kebahagiaan Yang Sejati

Barli Asmara Dan Karya-karyanya

Barli Asmara dan Karya-karyanya

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dan Ketua Umum Mathlaul Anwar KH Embay Mulya Syarief

Ormas Keagamaan Harus Ikut Masifkan Media Sosial Dengan Konten Perdamaian

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    40 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.