Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Sufi untuk Deradikalisasi

Sufi untuk Deradikalisasi

Sufi untuk Deradikalisasi 

Mawardin M. Sidik by Mawardin M. Sidik
21/05/2022
in Gagasan, Tajuk Utama
10 0
0
10
SHARES
200
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Sementara tasawuf amali, kaum tarekat fokus mengamalkan ritus dzikirullah, mendendangkan nyanyian dan tarian-tarian cinta. Kedalaman etik dan mistikal memancarkan energi positif guna merajut kasih lintas iman, meminjam istilah Ricklefs: sintesis-mistik. Dalam bingkai mistisisme Islam, para sufi dalam fase tertentu bisa melintasi batas agama (passing over). Walhasil, terwujudnya perilaku inklusif dan toleran.

Signifikansi Sufi 

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Sejarah telah mencatat bahwa awal persebaran agama Islam di Indonesia dibawa oleh para ulama sufi. Mereka lebih mengedepankan budi pekerti dan akhlakul karimah, sebagaimana karakteristik dakwah Walisongo di bumi nusantara. Kaum sufi tidak gagap terhadap kearifan lokal, melainkan turut bersenyawa. Perkara itu sungguh berbeda dengan model beragama kaum ekstremis yang alergi terhadap pluralisme dan tradisi lokal. Nalar sufisme begitu signifikan untuk membentuk pribadi dan komunitas yang menerima kemajemukan di negeri yang multi-kultur ini.

Signifikansi sufi juga terletak pada kredo dan kode: jangan merasa suci, apalagi menghina sesama manusia. Tidak ada juga kamus mengkafirkan orang lain di kalangan sufi. Artinya, sufisme tampil sebagai anti tesis ekstremisme. Bagaimana menerjemahkan tarekat sufi ke dalam praksis deradikalisasi? Ada tiga langkah konkret dalam upaya memanfaatkan tarekat sufi sebagai wahana deradikalisasi, yakni langkah preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitatif (pemulihan).

Di tengah gejala intoleran, corak keislaman berkarakter sufistik dapat dipromosikan kepada umat Islam secara meluas, baik online maupun offline. Langkah ini untuk mencegah umat dari invasi pemikiran ekstrem yang beredar di ruang publik. Pada saat yang sama, lembaga tarekat berperan di jagad spiritual, membimbing batin masyarakat agar kesadaran semesta mengkristal, terbang melampaui identitas partikular.

Dalam relasinya dengan negara, kaum sufi cenderung akomodatif dengan pemerintah. Kultur tarekat memperkaya agenda pencegahan dari anasir ideologi transnasional pro-kekerasan. Dalam skala tertentu, kelompok tarekat pun bersikap kritis. Hanya saja, kawula sufi menghindari jalan kekerasan, tapi kritik yang berciri artikulatif, elegan, dan persuasif. 

Itulah yang menjelaskan sosok seperti Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, Ra’is ‘Am Jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah (JATMAN), juga Ketua Forum Sufi Internasional,  kemudian didaulat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Periode 2019 – 2024.  Sedangkan kaum ekstremis doyan berbuat rusuh hingga melawan rezim pemerintahan yang sah. Bahkan faksi garis keras acap merongrong ideologi dasar negara sebagaimana jejak rekam ISIS, JI, JAD, NII.

Dalam aspek kuratif, kaum ekstremis bisa disembuhkan dengan transformasi kesadaran baru (epiphany). Masa lalunya yang kelam diganti dengan cakrawala baru, meninggalkan sisi gelap, lalu hijrah menuju cahaya sufistik. Maka terjadilah pergeseran haluan dari hidup kaku, tegang dan beringas menjadi tenang, simpatik dan ceria.

Selanjutnya, langkah rehabilitatif akan lebih relevan diterapkan kepada narapidana terorisme (napiter). Caranya, napiter dimasukkan ke dalam rumah ibadah kaum sufi. Mereka dibaiat, bukan hanya berikrar setia pada Merah Putih, tapi juga baiat tarekat sebagai cermin ketaatan murid kepada sang mursyid yang kharismatik. Harapannya, napiter yang terkarantina itu kembali pulih.

Hati murid dan hati gurunya saling terhubung. Atmosfir spiritual sufi kemudian memengaruhi perilaku murid tarekat untuk merawat keadaban dan cinta kasih. Muaranya, watak garis keras berubah menjadi garis lunak. Dengan demikian, sufi, tasawuf dan tarekat menjadi mutiara untuk menghadirkan masyarakat Indonesia yang penuh suka cita dan cinta damai. 

Baca Juga: NII Akar Munculnya Gerakan Teror di Indonesia

Page 2 of 2
Prev12
Tags: DeradikalisasiKontra Terorismependekatan spiritualspiritualsufisufismeTarekatThariqah
Previous Post

Konflik Intern dan Ekstern Umat Beragama Perspektif Masykuri Abdillah (1)

Next Post

Perempuan, Kebaya, dan Emansipasi

Mawardin M. Sidik

Mawardin M. Sidik

Pengamat Politik dan Terorisme

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Perempuan Kebaya dan Emansipasi

Perempuan, Kebaya, dan Emansipasi

Konflik Intern dan Ekstern Umat Beragama Perspektif Masykuri Abdillah 2

Konflik Intern dan Ekstern Umat Beragama Perspektif Masykuri Abdillah (2)

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.