Islamina.id – Saat-saat ini, kita sedang diuji oleh Allah Swt. dengan wabah pandemi COVID-19. Untuk menghindari dari tertularnya virus ini, kita sebagai Muslim harus selalu menjaga kesehatan serta meningkatkan spiritualitas kita. Meskipun begitu, ada aspek lain dalam merayakan Idul Fitri, yakni silaturrahim.
Muslim Indonesia khususnya, merasa ada sesuatu yang hilang dari lebaran dahulu ke lebaran sekarang. Apa yang dirasa hilang oleh Muslim Indonesia?. Yang hilang itu adalah tradisi silaturrahim atau mudik ke kampung halaman. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) untuk tidak melaksanakan mudik pada tahun 2020 ini. Padahal, mudik itu sangat penting untuk menjalin tali silaturrahim dengan sanak famili dan para sahabat !
Seperti yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ia melarang warganya yang di perantauan agar tidak mudik ke Jawa Tengah. Hal ini supaya angka penularan COVID-19 tidak naik dan memutus mata rantai penyebaran virus itu.
Tradisi mudik yang bertahun-tahun dijalankan oleh Muslim Indonesia berubah. Selama ini mudik secara entitas hadir di tengah-tengah keluarga dan kerabat, kini mengalami perubahan menjadi silaturrahim berbasis teknologi. Ada “Shifting Tradition” yang mengakar dalam kebudayaan Muslim Indonesia.
Namun, di era serba instan kini kita yang berada jauh terpisah oleh jarak para orang tua maupun kerabat, tidak ada alasan untuk tidak bisa silaturrahim. Silaturrahim dengan saling sapa lewat berbagai platform media baik itu media mainstream seperti whatsapp, twitter, dan media virtual lainnya seperti skype, zoom, dan google meet, yang sudah dapat kita aplikasikan sehari-hari karena wabah pandemi kini.
Pastinya banyak yang belum tahu akan hakekat dari silaturrahim. Seberapa penting sih silaturrahim itu?. Kenapa silaturrahim sangat dianjurkan oleh Islam?. Apa saja alasan-alasannya?. Kita akan membahasnya satu per satu alasan yang buat kamu harus tetap menjalin silaturrahim.
Penjelasan Arti Silaturrahim
Secara etimologi, kalimat “silaturrahim” berasal dari kata bahasa Arab, ṣilat dan al-raḥīm. Dalam kamus al-Munawwir, ṣilat berarti hubungan atau menghubungkan. Sedangakan al-raḥīm bermakna lembut atau kasih sayang.
Sedangkan, Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al-Qur’an: Peran dan Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, mengungkapkan bahwa kata ṣilat berakar dari kata waṣl yang bermakna menyambung dan menghimpun. Ini berarti hanya yang putus dan terserak yang dituju oleh kata ṣilat itu.
Sedangkan kata al-raḥīm pada mulanya berarti kasih sayang, kemudian berkembang sehingga berarti pula peranakan (kandungan). Arti ini mengandung makna bahwa karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang. Dan dari itu silaturrahim ada implikasi yang saling terhubung.
Pada kesimpulannya, silaturrahim menjadi suatu hubungan antar sesama Muslim untuk tercapainya tujuan yang didasari hubungan kasih sayang, dan hubungan ukhuwah (persaudaraan). Alasan pertama ini harus diingat buat kamu!.
Dalil Tentang Silaturrahim
Alasan kedua, perlunya kita untuk menganalisa dalil-dalil Alquran dan Hadis tentang silaturrahim. Secara eksplisit, Allah menggunakan kalimat “wa al-arḥām” dalam Alquran surah al-Nisā’ayat 1 tentang perintah silaturrahim: